REPUBLIKA.CO.ID, Hujan yang mengguyur Kota Surabaya sejak pagi hingga siang menyebabkan ratusan peserta seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) Lokal Surabaya absen dalam ujian tulis di kawasan kampus Universitas Airlangga (Unair), Selasa.
"Pada 15 lokasi di kawasan Unair dan sekitarnya ada 7.405 peserta yang ikut tes, tapi setiap lokasi ada sekitar 12-13 peserta yang absen, bahkan di Fakultas Keperawatan ada 33 peserta absen," kata Humas Unair Surabaya Dr MG Bagus Ani Putra.
Ia menduga banyaknya peserta absen itu disebabkan hujan yang mengguyur Kota Pahlawan sejak pukul 05.00 WIB hingga pukul 10.30 WIB, sehingga banyak peserta yang terlambat datang dan mereka memilih untuk tidak mengikuti ujian.
"Kepadatan lalu lintas juga menjadi penghambat peserta untuk sampai ke lokasi ujian, padahal kami sudah memberi toleransi 15 menit untuk peserta masuk, tetapi tetap saja masih banyak yang tidak hadir," katanya.
Selain banyaknya peserta absen, pihaknya juga sempat direpotkan dengan data adanya seorang peserta yang "tidak dapat melihat" dan seorang peserta yang "tidak dapat berbicara" yang akan mengikuti tes di Unair.
"Panitia SBMPTN Lokal Surabaya sudah menyiapkan pendamping dari Unesa yang akan bertugas membacakan dan mengarsir lembar jawaban untuk peserta yang tidak dapat melihat itu, tapi ternyata yang bersangkutan tidak tunanetra, melainkan minus saja," katanya.
Ketika peserta bernama Ida Rohani yang mengaku tidak dapat melihat itu dihubungi per telepon, ternyata telepon seluler yang bersangkutan dipegang orang tuanya di luar Kota Surabaya. "Peserta memang dilarang membawa handphone," kata pendamping khusus, Lala.
Sementara itu, peserta yang juga tidak dapat melihat dan dijadwalkan mengikuti tes di Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya, yakni Try Febri K., ternyata yang bersangkutan absen.
"Di tempat kami ada dua peserta ujian SBMPTN yang berkebutuhan khusus yakni Try Febri K. dan Putri Marta M. yang tidak dapat berjalan, tapi hanya Putri yang hadir dan dia juga berjalan dengan dua tongkat penyanggah anak cacat," kata Humas Ubhara, M Fadeli.
Namun, seorang peserta "tidak dapat melihat" atas nama Akhmad Setiawan tercatat mengikuti ujian pada dua lokasi yakni di ITATS dan di Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya dengan nomer yang berbeda, namun Akhmad Setiawan ternyata tidak datang ke Unitomo.
Data Panitia SBMPTN Lokal 50/Surabaya mencatat sembilan peserta difabel atau anak berkebutuhan khusus (ABK) dari 44.853 peserta ujian, namun ada tiga yang meragukan, karena di Unair bukan tunanetra, melainkan minus, lalu peserta di Unitomo juga memiliki nama ganda dengan peserta di ITATS, sedangkan peserta di Ubhara tidak hadir.
"Kami sudah menyiapkan 133 lokasi ujian bagi 44.853 peserta SBMPTN. Kami juga sudah melakukan antisipasi praktik perjokian dengan melarang peserta membawa alat komunikasi seperti handphone, jam digital, kacamata berkamera, kancing baju berkamera, pena berkamera, alas kertas, penghapus, dan sebagainya," kata anggota Humas Panlok 50/Surabaya, Bekti Cahyo Hidayanto.