REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, sejak bulan Maret hingga awal Juni, suhu muka laut perairan Indonesia masih relatif hangat sehingga persediaan uap air di wilayah Indonesia pada umumnya cukup.
Namun masyarakat diingatkan untuk mewaspadai el nino lemah, yang diperkirakan mulai aktif antara Juli-Agustus, dan mulai dirasakan dampaknya pada Agustus mendatang.
“Pada 2014, fenomena el-nino tidak separah tahun 1997 sehingga tidak akan memicu kekeringan yang lebih buruk dibandingkan tahun 1997, namun fenomena el nino akan menyebabkan mundurnya awal musim hujan 2014/2015 di sebagian wilayah Indonesia, khususnya di kawasan Indonesia Timur,” kata Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, Selasa (17/6).
El Nino adalah suatu gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (sea surface temperature-SST) di samudra Pasifik sekitar equator (equatorial pacific) khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru). Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim.
Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia (pasifik equator bagian barat) umumnya hangat dan karenanya proses penguapan mudah terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk. Namun ketika fenomena el-nino terjadi, saat suhu permukaan laut di pasifik equator bagian tengah dan timur menghangat, justru perairan sekitar Indonesia umumnya mengalami penurunan suhu (menyimpang dari biasanya). Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia.