Ahad 15 Jun 2014 19:49 WIB

Hama Tikus Serang padi di Sigi

Petani usir hama tikus (ilustrasi)
Foto: Antara
Petani usir hama tikus (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Sejumlah petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mengeluhkan hama tikus yang menyerang tanaman padi sehingga dikhawatirkan terancam gagal panen.

"Pak bisa lihat sendiri, padi yang baru mulai berbuah sudah diserang hama tikus," kata Jenfri, salah seorang petani di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Ahad.

Ia mengatakan serangan hama tikus merata sehingga sangat meresahkan para petani di desa itu.

Guna mengantisipasi agar hama tikus tidak semakin meluas menyerang tanaman padi, para petani menggunakan racun untuk membunuh hama tersebut.

"Tidak ada cara lain. Kami harus menggunakan racun untuk membasmi hama tikus," katannya.

Padahal, kata Jefri, petani sangat berharap dan menggantungkan hidup mereka dari menanam padi karena komoditas kakao pada musim panen kali ini tidak lagi menjanjikan.

Buah kakao tidak jadi, sebab selain curah hujan yang cukup tinggi, juga tersereng hama buah kakao (PBK).

Sekitar 90 persen petani di Desa Lemban Tongoa beralih menanan padi untuk menopang keuangan rumah tangga, tetapi petani diresahkan kembali dengan serangan hama tikus.

Hal senada juga disampaikan Berti (54), petani asal Desa Lemban Tongoa. Ia membenarkan petani di desa itu resah karena padi mereka terserang hama tikus.

Hama tikus kini menjadi momok bagi petani setempat."Petani sekarang ini mengatasi serangan hama tikus hanya dengan menggunakan racun," katanya.

Upaya tersebut cukup membuahkan hasil dan ada banyak tikus yang mati. Tetapi harus dilakukan secara rutin. Sementara di satu sisi petani kesulitan biaya untuk membeli racun hama tikus.

Masalahnya, buah kakao sangat kurang sekali meski harga komoditas tersebut di pasaran saat ini cukup tinggi berkisar Rp31.000,00 per kilogram di tingkat petani.

Sedangkan di Palu, harga kakao mencapai 32.000,00 per kilogram.

Komoditas kakao yang selama ini sangat membantu petani, pada musim panen kali ini tidak lagi memberikan harapan karena produksi turun drastis akibat serangan hama dan juga curah hujan tinggi.

Awalnya memang buahnya banyak, tetapi karena curah hujan tinggi tidak bisa bertahan karena rontok.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement