Sabtu 14 Jun 2014 04:00 WIB

Pengamat: Politik Uang Tidak Signifikan Pengaruhi Pilpres

Tolak politik uang (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Tolak politik uang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Potensi kecurangan dalam bentuk politik uang tidak terlalu signifikan mempengaruhi elektabilitas pasangan capres-cawapres dalam Pemilu Presiden 2014, kata pengamat politik Universitas Gadjah Mada Kuskrido Ambardi.

"Untuk Pilpres, daerah pemilihan (dapil)-nya kan cuma satu, sehingga untuk menjangkau (politik uang) seluruh desa saja paling tidak membutuhkan dana hingga Rp36 triliun. Dua pasangan capres-cawapres tidak ada yang punya dana sebesar itu, pengusaha pun tidak punya," kata Kuskrido di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, justru kedua tim sukses capres-cawapres hendaknya perlu menggencarkan kampanye strategis melalui media sosial, daripada sekadar melakukan politik uang.

Komitmen untuk mendukung proses demokrasi yang bersih, menurut dia, perlu dimiliki oleh setiap peserta pemilu saat ini, sebagaimana yang dipraktikkan di negara-negara yang memiliki sistem demokrasi maju.

Kedua pasangan itu, menurut dia, saat ini harus bersaing ketat untuk merebut suara dari kalangan kelas menengah guna memenangkan Pilpres 2014.

"Yang menjadi rebutan mereka saat ini adalah kelas menengah kota dan muda, sebab kalangan itulah yang banyak sekali mengkonsumsi informasi di media sosial sebagai sarana kampanye efektif saat ini," kata dia.

Menurut dia, strategi itu harus dilakukan dua pasangan capres-cawapres. Lebih-lebih saat ini menunjukkan kedua pasangan tersebut memiliki jarak elektabilitas yang tipis.

"Kalau selisih Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK di bawah 10 persen maka mereka harus mengelola perang di media sosial dengan baik, baik menghadapi kampanye yang jujur maupun kampanye yang hitam," kata dia.

Sementara itu, kampanye hitam, kata dia, tidak akan memiliki pengaruh besar apabila publik telah memiliki kesadaran yang baik dalam menggunakan hak pilihnya. Kampanye hitam, menurut dia, juga akan memiliki dampak kepada kalangan menengah.

"Rata-rata kampanye hitam kan dilakukan di media sosial, sehingga juga memiliki efek untuk kalangan menengah," kata dia.

Pemilu Presiden, 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement