REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepolisian memastikan terus melakukan upaya untuk mengamankan lokalisasi prostitusi Dolly, Surabaya, Jawa Timur. Khususnya, menjelang penutupan pada 18 Juni 2014. Termasuk pengamanan untuk warga asli Dolly yang mendukung penutupan namun diintimidasi oknum tertentu.
Kapolsek Sawahan Kompol Manang Soebekti mengatakan, terus melakukan patroli lokalisasi prostitusi Dolly. Termasuk warga asli. “Hasilnya sejauh ini keadaannya kondusif dan tidak ada kekerasan yang terjadi di sana,” katanya kepada Republika, Rabu (11/6).
Sampai sekarang, kata Manang, polisi belum menerima laporan adanya intimidasi yang dilakukan oknum tertentu terhadap warga asli Dolly. Namun jika ada laporan ancaman atau kekerasan, maka akan ditindak. "Kami akan lakukan pengamanan sesuai ketentuan," ujarnya.
Terkait penutupan Dolly pada 18 Juni 2014, ia akan menurunkan kekuatan penuh Polsek Sawahan. Yaitu sebanyak 50 personel. Namun aparat kepolisian yang terlibat nantinya ditambah dengan jajaran Polrestabes Surabaya dan Polda Jatim.
Sementara itu Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, Polrestabes Surabaya sedang menyusun rencana pengamanan penutupan prostitusi Dolly dengan pemerintak kota. Rencana pengamanan itu baru bisa diumumkan ke media sehari sebelum penutupan.
“Yang jelas Polda Jatim mem-back up Polrestabes Surabaya untuk mengamankan penutupan Dolly. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah kami berada ditengah-tengah antara warga Dolly dan Pemkot Surabaya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Satpol PP Kota Surabaya Irvan Widiyanto mengatakan, menerjunkan 150 anggota untuk mengamankan penutupan kompleks prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu. "Nanti kami juga dibantu anggota perlindungan masyarakat (Linmas) Surabaya hingga kepolisian," katanya.