Rabu 11 Jun 2014 09:55 WIB

Populasi Anjing Liar di Bali Meningkat

Anjing Liar (ilustrasi)
Foto: Fatiha Hansa Aulia
Anjing Liar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Populasi anjing liar di Provinsi Bali mengalami peningkatan sekitar 2,5 juta per tahun yang tersebar di sembilan kabupaten/kota sehingga Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat bekerja keras melakukan vaksinasi massal.

"Seperti kita ketahui, produktivitas dan populasi anjing liar di Bali terus mengalami peningkatan hingga 2,5 juta per tahun sehingga perlu dilakukan kontrol populasi," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali drh Nata Kesuma di Denpasar, Rabu.

Apabila populasi anjing liar terus meningkat, lanjut dia, maka pihaknya sangat sulit menargetkan 80 persen seluruhnya sudah dilakukan vaksinasi masal karena masih banyak anjing yang dipelihara di masyarakat. Namun, banyak juga yang diliarkan.

"Dampak masih banyak anjing liar yang belum teridentifikasi dan dilakukan vaksinasi tersebut dapat menyebabkan sumber rabies," ujarnya.

Apabila jumlah populasi anjing liar sudah berkurang dan keseluruhan sudah dilakukan vaksinasi, lanjut dia, maka Bali dapat dikatakan 100 persen terbebas dari rabies.

Selain itu, pihaknya meminta partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam pencegahan populasi anjing liar secara optimal agar petugas lebih mudah melakukan vaksinasi tersebut.

"Vaksinasi massal menjadi prioritas utama dan dibarengi dengan partisipasi masyarakat dalam penanganan anjing liar sehingga kasus rabies dapat menurun," katanya.

Selain melakukan vaksinasi massal, lanjut dia, pihaknya juga melakukan sosialisasi dengan cara melakukan pemutaran film tentang rabies dan tatap muka dengan seluruh elemen masyarakat setempat.

"Kami juga melakakukan stategi melakukan penertiban anjing liar dan kontrol populasi anjing," ujarya.

Pihaknya mengakui upaya vasksinasi massal tersebut belum secara optimal dilakukan sehingga dalam rangka pengendalian populasi tersebut menjadi terhambat.

Upaya lain dalam mencegah rabies tersebut, lanjut dia, dapat dilakukan sterilisasi dengan melakukan ovariodektomi pada anjing betina yang difokuskan pada daerah yang tertular.

"Lima strategi pengendalian rabies tersebut yakni pembentukan kader desa, vaksinasi, euthanasi, pengawasan HPR, dan kontrol populasi ," katanya.

Ia meyakini dengan dilakukan program vaksinasi masal tersebut, lanjut dia, dapat menurunkan jumlah kasus anjing yang teridentifikasi rabies pada tahun berikutnya.

Pihaknya mengakui mengalami kendala dilapangan saat melakukan vaksinsi masal terhadap anjing yang dipelihara secara liar sehingga dapat menjadi penyebab rabies.

"Hal ini menjadi tantangan kami dalam melakukan upaya tersebut," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement