REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyatakan banyak balita di Kota Pahlawan belum mendapatkan imunisasi karena masih ada warga yang menganggap imunisasi itu haram karena diduga mengandung unsur babi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rahmanita, Minggu, mengatakan isu tersebut sendiri sudah ada sejak beberapa tahun silam dan sudah ada penjelasan dari dinas terkait.
"Memang anggapan itu masih ada, tentu saja, kami tak bisa sendiri untuk menjelaskan pada mereka soal isu babi. Makanya kami mengajak tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat soal isu tadi tak benar. Imunisasi itu sendiri sangat penting bagi balita," katanya.
Soal penolakan imunisasi ini, kata dia, tidak semata karena adanya isu unsur babi, namun juga kesadaran yang masih rendah. Ia menambahkan, di antaranya ketika diimunisasi, anaknya panas, akhirnya orang tua merasa kapok dan tidak melakukan imunisasi lagi.
"Padahal panas badan anak itu merupakan reaksi wajar ketika tubuhnya mendapatkan imunisasi," katanya.
Terkait dengan target yang akan dicapai, Febria mengatakan tahun ini pihaknya bisa berharap semua balita di Surabaya mendapatkan imunisasi. "Mudah-mudahan bisa tercapai karena gerakan imunisasi ini melibatkan camat, lurah, PKK dan berbagai pihak lainnya," tegasnya.
Tentang daerah mana saja yang banyak belum melakukan imunisasi, terutama imunisasi dasar, Febria mengatakan hampir merata. Adapun yang paling tertinggi adalah kelurahan Asemrowo Kecamatan Asemrowo serta Kelurahan Simo Lawang.
Untuk diketahui pencapaian target Universal Child Immunization (UCI) kelurahan di Surabaya belum tercapai. Untuk itu Dinkes Kota Surabaya akan mencanangkan gerakan Akselerasi imunisasi (GAIS). Maka target cakupan UCI 100 persen kelurahan di Surabaya pada tahun 2014.
Pada tahun 2013, pelaksanaan UCI di kelurahan se-Surabaya baru mencapai 63,75 persen. Jumlah itu masih belum memenuhi target 95 persen. Artinya, baru ada 102 kelurahan dari total 160 kelurahan se-Surabaya.
Sementara untuk pelaksanaan imunisasi dasar lengkap bayi se-Kota Surabaya, baru tercapai 82 persen dari target 88 persen.