Rabu 04 Jun 2014 09:56 WIB

Petani Apel Batu Butuh Modal Operasional

Buah apel
Foto: corbis
Buah apel

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Petani apel di Kota Batu, Jawa Timur, saat ini membutuhkan modal untuk biaya pemeliharaan dan operasional selama musim tanam yang besarannya antara Rp20 juta hingga Rp25 juta per hektare.

"Kebutuhan paling mendesak petani apel sekarang ini adalah modal untuk operasional selama proses penanaman. Sekarang petani apel kesulitan mengakses modal dari perbankan, padahal sebelumnya bank dengan mudah mengucurkan kredit permodalan bagi petani apel," kata Ketua Kelompok Tani Bumi Jaya II Desa Bumiaji Supriyadi, Rabu.

Sulitnya petani apel mendapatkan kepercayaan dari perbankan untuk mengakses kredit, kata Supriyadi, kemungkinan disebabkan menurunnya produksi (hasil panen) petani, bahkan banyak petani yang gulung tikar, sehingga perbakan khawatir dananya tidak kembali alias macet.

Ia berharap Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanhut) Kota Batu bisa menjembatani petani untuk mengakses kredit perbankan, selain memberikan bantuan pupuk organik, upaya merevitalisasi lahan serta bibit apel.

Dinas Pertanian, katanya, sudah melakukan sosialisasi terkait rencana penyuburan tanah dengan pupuk organik. Untuk pupuk organik, satu kelompok mendapat jatah pupuk untuk lahan 5 hektare, namun jumlahnya belum diketahui dan di Desa Bumiaji terdapat empat kelompok tani.

Selain itu, lanjutnya, petani juga dijanjikan akan mendapat bantuan bibit apel sebanyak 1.100 batang per kelompok dan pestisida nabati. Namun, kapan akan direalisasikan, masih menunggu."Kebutuhan mendesak petani apel sekarang ini justru permodalan, kalau bantuan bibit maupun bantuan lainnya masih bisa ditunda," tegasnya.

Sementara petani bawang merah asal Bumiaji, Sunarko mengaku dirinya dan kelompok tani yang ada di daerah itu tahu adanya program pertanian organik dan revitalisasi lahan maupu bantuan pupuk, namun sampai sekarang masih belum direalisasikan di tingkat petani.

"Kami senang dengan adanya program bantuan pupuk maupun bibit dari pemkot, sehingga kami terbantu meminimalkan pengeluaran untuk pembelian pupuk, namun sampai sekarang masih belum ada realisasi. Kalau tidak ada bantuan, bagaimana kami bisa mengembalikan modal, sebab harga pupuk sangat mahal, sementara harga bawang merah fluktuatif, bahkan cenderung murah," tegasnya.

Sementara itu, anggota Komisi A DPRD Kota Batu Heli Suyanto menyoroti kinerja Distanhut yang belum melaksanakan program-programnya secara signifikan. Padahal, anggaran pertanian dari APBD 2014 cukup besar, yakni Rp21 miliar dan Rp8 miliar di antaranya untuk program pertanian organik.

Menurut dia, program pertanian yang tidak jalan di antaranya adalah revitalisasi lahan pertanian apel, sayur mayur, dan pembibitan kentang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement