REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -– Pengerahan massa pada putaran kampanye pemilihan presiden (pilpres) yang bergulir mulai Rabu (4/6), dikhawatirkan mengganggu kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Insan pariwisata Kota Gudeg ini trauma atas situasi kampanye pemilu legislatif (pileg) beberapa waktu lalu.
Kampanye pileg diwarnai pengerahan massa dan konvoi kendaraan besar-besaran sehingga mengganggu kenyamanan wisatawan. "Faktor keamanan sangat sensitif dalam dunia pariwisata. Kami mengharapkan semua lapisan masyarakat bisa menjaga stabilitas keamanan, terlebih pariwisata merupakan salah satu sektor andalan DIY," kata Sekretaris BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, kepada wartawan di Yogyakarta, Selasa (3/6) .
Deddy menambahkan, masa kampanye Pilpres 2014 bersamaan dengan masa liburan sekolah. “Sekarang ini juga ada kenaikan wisatawan mancanegara sehubungan dengan travel warning di Thailand,” katanya.
Dia juga mengajak gelaran kampanye pilpres bisa dikemas dan lebih menonjolkan atraksi budaya dan wisata khas Yogyakarta. Ini diyakini akan lebih mendukung pariwisata dan masyarakat juga lebih simpati. “Kampanye dengan atraksi budaya bisa juga menarik wisatawan dan juga simpatisan,” ujarnya.
Ketua DPD Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) DIY, Edwin Ismedi Himnanuga berharap kampanye pilpres di Yogyakarta bisa berjalan damai. Dia tidak ingin predikat Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata tercoreng dengan perilaku kampanye yang tidak simpatik dan justru membuat tidak nyaman wisatawan.
“Yogyakarta ini harus kita jaga supaya tetap nyaman dikunjungi wisatawan,” kata Edwin.
Diakuinya, selama kampanye pileg lalu adalah masa lesu (low season) kunjungan wisata bertepatan dengan awal tahun. Kondisi ini dperparah adanya konvoi massa kampanye di jalanan. Sementara pada Juni ini sudah mulai masuk high season, banyak wisatawan termasuk turis asing yang mulai datang ke Yogyakarta.
Selama ini, kata Edwin, di DIY banyak masyarakat yang hidupnya bergantung dengan pariwiwsata. “Sehingga menjaga Yogyakarta aman dan damai berarti juga membuat masyarakat sejahtera,” tuturnya.