Selasa 03 Jun 2014 16:10 WIB

Mensos Yakin PSK Ingin Dolly Ditutup

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: A.Syalaby Ichsan
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengungkapkan keyakinannya jika para pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi di kawasan Dolly, Surabaya, Jawa Timur, bisa mandiri begitu lepas dari kawasan tersebut karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Jika para PSK itu didampingi tiga bulan untuk bekerja di sektor baru, ujar Salim, pasti nanti akan mandiri. "Saya pernah mencoba pendampingan kepada korban Gunung Merapi selama tiga bulan, mereka diberi modal sedikit untuk berusaha oleh pemerintah. Mereka menjual  bakso, sehari dapat 50 ribu bisa hidup,"ujarnya.

Makanya, kata Salim, PSK diberi ketrampilan seperti membatik dan membuat kue agar lepas dari lembah hitam. Jika mereka dibiarkan tetap menjadi PSK di Dolly, ujar Salim, tidak ada pihak yang menghargai. Bayangkan saja, ungkapnya, kalau PSK mengalami pendarahan setelah melayani, tidak ada yang mengurus mereka.

"Makanya Bu Risma menyelamatkan banyak wanita Indonesia dengan menutup Dolly, ini harus didukung,"ujarnya di Jakarta, Selasa (3/6).Kalau ada yang khawatir jika Dolly ditutup karena PSK akan menyebar ke mana-mana, terang Salim, itu hanya alasan saja. Menurutnya, pencegahan operasi itu bisa dilakukan dengan penegakan hukum.

"Dolly ini memang harus ditutup. Sebab tidak mungkin Dolly itu akan tutup sendiri secara alami,"kata Salim.

PSK yang masih punya rasa kewanitaan, lanjut Salim, pasti senang dengan penutupan Dolly. "Saya yakin secara fitrah mereka ingin bekerja normal seperti orang lainnya,"katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement