Senin 02 Jun 2014 22:03 WIB

Pasca-Letusan Sangeang Ratusan Warga Terserang ISPA

Letusan Gunung Sangeang Api di Sumbawa
Foto: Abc News
Letusan Gunung Sangeang Api di Sumbawa

REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM--Sebanyak 132 warga Desa Sangeang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, mulai terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebagai dampak dari erupsi Gunung Sangeang Api yang terjadi sejak Jumat (30/5) lalu.

"Berdasar data dari posko kesehatan Desa Sangeang, tercatat 132 warga setempat mengalami gangguan ISPA setelah menghirup debu vulkanik yang ditaburkan Gunung Sangiang Api," kata Lutfi S Sos, pengurus Radio Antar-Penduduk Indonesia (RAPI) Kabupaten Bima yang dihubungi dari Mataram, Senin.

Serangan ISPA ini terjadi setelah abu vulkanik pascameletusnya Gunung Sangeang Api, cukup menebar di hampir seluruh pelosok desa yang letaknya cukup dekat dari Gunung Sangiang yang berada di pulau kecil Sangiang.

Sebagian dari para penderita sebanyak itu, kini telah mendapat perawatan pada posko kesehatan yang didirikan dinas kesehatan setempat, ujar Lufti yang tergabung dalam tim relawan RAPI untuk bencana alam Sangiang Api.

Ia menyebutkan, saat pertama kali timbul letusan pada Jumat sekitar pukul 15.55 Wita, telah menyebabkan ribuan warga mengungsi karena khawatir mengalami kondisi yang dapat membahayakan keselamatan. Akan tetapi, seiring menurunnya aktivitas erupsi dan menyurutnya debu vulkanik, warga pun memilih kembali ke rumah masing-masing.

"Aktivitas terkini dari Gunung Sangeang Api adalah masih terlihatnya asal putih kelabu tebal yang tingginya antara 300 - 500 meter. Meski warga telah kembali ke rumah, namun sesekali hujan abu masih terjadi, sehingga penduduk mengharapkan adanya bantuan masker agar penderita ISPA tidak terus bertambah," ujar Lutfi.

Di tempat terpisah, Camat Wera Sulfan Akbar menyebutkan, sebenarnya pemerintah menyediakan tempat mengungsi bagi penduduk, sampai kondisi benar-benar aman. Akan tetapi, penduduk memilih kembali ke rumah dengan alasan untuk menjaga harta dan hewan peliharaan.

Namun, lanjut Sulfan, jika erupsi kembali terjadi dan diprediksi mengancam keselamatan warga, maka pihaknya akan meminta penduduk dapat kembali ke tempat pengungsian. Evakuasi ke tempat mengungsian akan dilakukan petugas yang telah disiapkan, terutama bagi orang-orang lanjut usia dan anak-anak.

"Warga yang diprioritaskan untuk diungsikan, khususnya yang berasal dari Desa Oi Tui, Tadei, Sangeang Barat dan Pai, karena jarak desa dengan pusat letusan hanya sekitar 4-5 kilometer. Sayangnya meski telah disediakan tempat pengungsian, sebagian warga ada yang memilih mengungsi ke rumah saudara atau kerabatnya," ucap dia.

Gunung Sangeang Api yang terletak di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, mengalami erupsi pertama kali pada Jumat (30/5) lalu. Selanjutnya, erupsi terulang kembali pada Sabtu (31/5), di mana terjadi letusan dua kali, yakni pada pukul 01.30 Wita dan 10.42 Wita.

Erupsi gunung setinggi 1.842 meter di atas permukaan air laut itu sempat mencapai ketinggian 3.000 meter, sehingga abu vulkanik sempat mencapai wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kondisi ini menimbulkan keresahan di kalangan petani di wilayah Kupang, yang terpaksa mengurungkan masa panen padi karena turunnya hujan abu vulkanik, karena khawatir dapat menyebabkan gangguan serius pada indra penglihatan dan pernapasan.

Akibat tebalnya abu vulkanik, pihak otoritas bandar udara di beberapa daerah sempat mengambil keputusan dengan menunda jadwal penerbangan, khususnya pada rute Denpasar - Labuan Bajo, Denpasar - Bima, Darwin - Denpasar, Surabaya - Kupang, dan lainnya. Langkah ini dilakukan mengingat tebalnya debu vulkanik, dan nantinya berpotensi gangguan jarak pandang pilot, sehingga dikhawatirkan membahayakan keselamatan penerbangan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement