Senin 02 Jun 2014 18:09 WIB

Produktivitas Bawang Merah Bantul Diprediksi Turun 75 Persen

Bawang Merah
Foto: Republika/Prayogi
Bawang Merah

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memprediksikan produktivitas hasil panen bawang merah pada musim tanam pertama Maret-April menurun sekitar 75 persen dari kondisi normal.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bantul Suroto di Bantul, Senin (2/6), mengatakan penurunan produktivitas bawang merah pada musim tanam (MT) I ini disebabkan adanya serangan ulat daun pada ratusan hektare areal tanaman hortikurtura sejak sepekan terakhir.

"Dari total hamparan tanaman bawang merah sekitar 300 hektare di Bantul, ada separuhnya yang terserang ulat daun, mulai dari serangan ringan hingga berat. Ini jelas berdampak pada penurunan produksi hingga 75 persen," katanya.

Ia mengatakan dalam kondisi normal rata-rata produksi panen bawang merah mencapai delapan sampai sepuluh ton bawang per hektare. Namun, dengan serangan ini setidaknya petani hanya bisa menikmati hasil panen antara dua sampai tiga ton per hektare.

"Serangan ulat daun ini sebenarnya sudah terjadi hampir tiap tahun, namun musim ini serangan terparah, karena tanaman yang terserang masih muda, berusia antara 40 sampai 45 hari, dan dampaknya dua sampai tiga hari daun dan buah habis," katanya.

Menurut dia, serangan ulat daun pada hamparan tanaman bawang merah di sebagian wilayah Kecamatan Sanden dan Kecamatan Kretek ini karena pengaruh cuaca yang tidak menentu saat MT pertama 2014 yang terkadang panas, dan terkadang hujan.

"Sebenarnya petani sudah mengetahui akan serangan ini, namun karena perkembangbiakan hama ulat sulit dikendalikan, maka kerusakan tetap berlanjut, bahkan dari setiap daun ada lima titik telur, satu telur bisa menetas sekitar 500 ulat," katanya.

Akibat serangan ulat hingga mengakibatkan produksi turun ini, kata dia petani bawang merah terutama yang lahannya terserang parah akan mengalami kerugian hingga belasan juta rupiah, karena tidak mampu menutup biaya tanam untuk beli benih dan perawatan.

"Bahkan ada sejumlah petani yang rela menjual gabah simpanannya untuk membeli berbagai obat maupun pestisida untuk membasmi hama, namun upaya yang dilakukan masih sia-sia, karena sul

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement