REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengirimkan tim beserta sejumlah bantuan ke Chad, Kamerun dan Afrika Tengah.
"Eskalasi krisis kemanusiaan global telah menjadi bahan perbincangan dan pernyataan sikap badan dunia termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, hal itu masih belum cukup," ujar Presiden ACT, Ahyudin, di Jakarta, Senin.
Ahyudin menambahkan sikap dalam bentuk pernyataan belum sukses mengerem laju penderitaan Muslim di berbagai negara.
"Perlu sikap lebih tegas dari elemen kemanusiaan dunia," kata dia tegas.
Sebagai negeri berpenduduk Muslim terbesar dunia, sambung dia, bangsa Indonesia hendaknya mengajak seluruh dunia peduli.
"Jangan sampai dunia basa-basi apalagi tak bersikap tegas karena penyandang krisis kemanusiaan itu Muslim."
Konflik dan kekerasan masih terus terjadi di Republik Afrika Tengah. UNHCR merilis, lebih dari 23.000 orang kehilangan tempat tinggal mereka di bagian utara CAR.
Jumlah pengungsi tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan sebulan sebelumnya. Sejak konflik pecah pada Desember 2013 hingga sekarang, nyaris tidak ada perubahan positif melainkan semakin memburuk.
Tim kemanusiaan ACT berangkat ke Afrika pada Jumat (30/5) malam. Tim yang diketuai Yusnirsyah Sirin akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi di Chad,Camerun dan Afrika Tengah.
"Tim ACT akan melakukan assessment dan distribusi bantuan untuk pengungsi. Semua tergantung kebutuhan pengungsi di sana," kata Yusnirsyah.