REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur mencatat inflasi di daerah itu karena adanya kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan tertinggi yaitu transport, komunikasi dan jasa keuangan naik sebesar 1,13 persen.
Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan tertinggi dan merupakan pemicu terjadinya inflasi di NTT adalah kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan yakni naik sebesar 1,13 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur (NTT) Anggoro Dwitjahyono, di Kupang, Senin.
Selanjutnya, penyumbang terjadinya inflasi diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau masing-masing naik sebesar 0,11 persen dan 0,07 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks harga yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang turun sebesar 0,40 persen dan 0,19 persen.
Pemicu inflasi di NTT berbeda dengan penyebab inflasi secara nasional dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga bahan makanan olahan menjadi salah satu penyebab terjadinya inflasi pada Mei sebesar 0,16 persen.
"Kelompok bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, ikut menyumbang inflasi pada Mei," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin.
Di NTT kata Anggoro Dwitjahyono dari jalur transportasi yang tersedia, aktivitas warga untuk pergi dan pulang lebih banyak menggunakan transportasi udara untuk bepergian lintas kota dan provinsi di Tanah Air, sehingga wajar saja apabila sarana perhubungan udara itu mengalami peningkatan.
Apakah peningkatan itu ada kaitannya dengan kegiatan Pilpres saat ini atau liburan sekolah ataukah menjelang bulan puasa, Anggoro Dwitjahyono enggan berspkeluasi karena BPS tidak memiliki kewenangan untuk melakukan prediksi.
Karena hal itu menjadi domain utamanya Bank Indonesia dan BPS hanya melakukan pencatatan dari dokumen resmi yang ada dan disediakan instansi terkait untuk selanjutnya mengolah, menganalisis dan menyiarkan ke publik.
Dalam kaitan dengan hal itu, katanya jumlah penumpang angkutan udara yang datang ke NTT pada bulan April 2014 sebanyak 70.988 orang.
Sedangkan penumpang yang berangkat sebanyak 75.053 orang. Pada bulan April 2014, empat bandara sipil dengan jumlah penumpang datang dan berangkat terbanyak adalah Bandara Eltari (61,74 persen), Komodo (11,10 persen), H. Aroeboesman (7,70 persen), dan Tambolaka (6,10 persen).
Dia menjelaskan secara nasional dari 82 kota sampel IHK Nasional, tercatat 67 kota mengalami inflasi dan 15 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pematang Siantar 1,61 persen dengan IHK 115,14 dan terendah terjadi di Kota Kupang dan Kota Tegal masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sedangkan deflasi terbesar terjadi di Kota Pangkal Pinang 1,27 persen dengan IHK 110,83 dan terendah terjadi di Kota Palembang 0,03 persen dengan IHK 108,41.
Secara lokal, katanya, di Kota Kupang Mei 2014 mengalami inflasi sebesar 0,01 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 112,71 pada April 2014 menjadi 112,72 pada Mei 2014.
Dengan tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Mei 2014) sebesar 1,70 persen dan tingkat inflasi tahun kalender (Mei 2014 terhadap Mei 2013) sebesar 8,98 persen.
Sementara Kota Maumere Mei 2014 mengalami inflasi sebesar 0,58 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 111,09 pada April 2014 menjadi 111,73 pada Mei 2014 dengan tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Mei 2014) sebesar 2,65 persen dan tingkat inflasi tahun kalender (Mei 2014 terhadap Mei 2013) sebesar 8,58 persen.