Senin 02 Jun 2014 08:09 WIB

BSMI Latih Dokter di Kawasan Terpencil

Ketua Umum BSMI Jazuli Juwaini dan Ketua Dewan Pembina BSMI Dr Basuki Supartono(Republika/Agung Supriyan
Ketua Umum BSMI Jazuli Juwaini dan Ketua Dewan Pembina BSMI Dr Basuki Supartono(Republika/Agung Supriyan

REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) memberi pelatihan untuk dokter dan petugas paramedis dari kawasan terpencil. Pelatihan yang dirangkai dengan seminar 'Kegawatdaruratan dan Penanganan Luka' diikuti dokter ptt yang bertugas di daerah Pegunungan Tengah, Jayawijaya, Papua.

Dr Basuki Supartono memberi tips bagi para dokter dan paramedis untuk menangani pasien dengan peralatan minimalis. Terlebih dulu, dokter spesialis tulang yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina BSMI tersebut mengungkapkan, penanganan medis harus dilakukan secara prosedural.

Menurutnya, dokter harus taat dengan prosedur untuk hal yang mendetail. Dari berkomunikasi dengan pasien dan paramedis hingga menggunakan sarung tangan medis. "Dokter pun harus memastikan keselamatan dirinya sebelum menyelamatkan orang lain,"ujar dokter yang juga merupakan ahli sel punca tersebut saat memberi materi di Gedung Serba Guna Umat Islam di Wamena, Sabtu (31/5).

Dia mencontohkan, ketika dokter tidak melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan paramedis mengenai penyebab kecelakaan pasien, maka situasi di meja operasi akan kacau. Dokter dan paramedis akan saling berteriak. Kondisi tersebut, ujarnya, bisa menyebabkan efek psikologis yang tidak baik buat pasien.

Untuk perawatan dengan kondisi darurat di kondisi terpencil, Basuki menyarankan mereka berinovasi. Terkadang, ujarnya, dokter harus menangani pasien dengan patah tulang di tengah kondisi peralatan medis minimalis seperti puskesmas di pelosok Pegunungan Tengah.

Untuk penanganan sementara, dokter bisa memberi penanganan darurat saat penyangga tulang seperti bidai tidak ada. Dia memisalkan benda seperti pelepah pisang atau kardus sebagai penyangga pengganti."Tapi untuk sementara ya,"ujarnya.

Menurutnya, inovasi seperti itu harus dilakukan untuk menjaga kondisi tulang agar tidak terlalu jauh bergeser. Terlebih, jika pasien memang berada di tengah hutan dan jauh dari rumah sakit. Hanya, tutur Basuki, pasien harus cepat dirujuk ke rumah sakit terdekat.

Salah seorang peserta, dr. Mukri Nasution menjelaskan, seminar tersebut sangat bermanfaat untuk dokter di pedalaman. Dokter yang bertugas di RSUD Wamena tersebut mengungkapkan, banyak kasus patah tulang yang dialami warga asli karena perang suku. Sementara, puskesmas ke rumah sakit jauh. Oleh karena itu, ujarnya, perlu tindakan medis pengganti untuk menyelamatkan jiwa pasien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement