Senin 02 Jun 2014 06:17 WIB

Harga Karet di Jambi Masih Rendah

Penyadapan karet
Foto: Dok. republika
Penyadapan karet

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Harga karet di tingkat petani di Provinsi Jambi sejak beberapa bulan terakhir masih rendah, yakni hanya Rp 6.000/kg, sehingga menjadi keluhan petani.

Sekalipun harga karet masih anjlok, petani terpaksa menjual dengan harga murah karena harus memenuhi kebutuhan hidup mereka, kata sejumlah petani .

Sejumlah petani di Jambi yang dihubungi, Ahad (1/6) mengatakan, selain harga yang murah, petani juga dihadapkan pada hujan, sehingga mereka tidak bisa menyadap karet di kebun.

Harun, salah seorang petani di Desa Bernai, Kabupaten Sarolangun mengaku menjual karet dengan Rp6.500/kg, namun hanya beberapa hari kemudian harganya kembali turun menjadi Rp6.000/Kg.

"Anjloknya harga karet ini sangat menyulitkan petani, karena tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kini semakin mahal," katanya.

Ia menjelaskan, pada awal tahun 2014, harga karet yang menjadi salah satu komoditi andalan Provinsi Jambi ini masih berada di Rp 9.500/Kg.

Namun dalam beberapa bulan belakangan ini terus menurun, namun para petani tidak mengetahui penyebab anjloknya harga karet tersebut.

Mamad, petani lainnya di Sarolangun mengaku terpaksa tetap menjual karetnya sekalipun dengan harga murah, karena harus menghidupi keluarganya.

Mansyur salah satu pedagang atau pengumpul karet petani juga mengakui rendahnya harga karet saat ini.

"Pasaran karet memang segitu saat ini, apalagi untuk kita pedomannya harga karet dari Kota Jambi," katanya.

Sementara itu, di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), akibat rendahnya harga karet, sejumlah petani enggan menyadap karet dan memilih beralih profesi antara lain menjadi kuli bangunan atau pekerjaan lainnya.

Indra, salah satu petan karet di Tanjabtim mengatakan, harga karet saat ini hanya Rp 5.000/Kg, harga itu tidak bisa lagi menjadi tumpuan dalam mencukupi kehidupan keluarganya, sehingga dirinya terpaksa menjadi kuli bangunan.

"Sudah dua bulan ini harga karet terus turun, dan petani memilih tidak menyadap getah karet, karena rugi," katanya.

Salah seorang petani perempuan di daerah itu mengaku di tengah anjloknya harga karet sekarang ini, dia memilih menjadi pembantu rumah tangga, karena terdesak kebutuhan hidup keluarga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement