Rabu 28 May 2014 18:10 WIB

Banyak Masyarakat Indonesia Belum Paham Tentang Batik

Batik tulis/ilustrasi
Foto: Edy Yusuf/Republika
Batik tulis/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengamat batik yang juga Dekan Fakultas Batik Universitas Pekalongan Zahir Widadi mengatakan banyak masyarakat Indonesia yang belum paham tentang batik karena itulah kondisi tersebut mempengaruhi penjualan batik Indonesia ke pasar asing.

"Masih banyak orang Indonesia menganggap produk tekstil olahan yang bermotif batik itu berarti batik padahal tidak demikian," ujarnya di Semarang, Rabu (28/5).

Menurutnya batik sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu cap dan tulis, untuk batik Indonesia sendiri yaitu warisan budaya yang melekat pada sebuah benda.

"Bukan bendanya yang kita sebut batik tapi warisan budaya itulah batik Indonesia, di masing-masing daerah batik memiliki corak yang khas," jelasnya.

Oleh karena itu pihaknya berharap agar Pemerintah segera memberi nama dan nomor pada hasil produksi batik tanah air yang merupakan warisan budaya, selanjutnya produk terebut segera dimasukkan ke dalam daftar inventaris asli produk Indonesia agar tidak diakui oleh negara lain.

"Sebetulnya batik tulis dari Indonesia ini sangat luar biasa di mata internasional tapi kendalanya kalau mau ekspor kan harus lewat bea cukai dan setiap produk ada nama dan nomor, selama ini batik kita masih disamakan dengan tektil olahan," ujarnya.

Menurutnya jika langkah tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat maka batik asli Indonesia akan semakin mendapat tempat di pasar asing.

"Dari hasil penelitian yang pernah saya lakukan 99 persen batik yang ada di pasar asing merupakan produk Indonesia sedangkan 75 persen dari total tersebut buatan Pekalongan oleh karena itu kita seharusnya bangga dan situasi ini mestinya kita manfaatkan dengan baik," jelasnya.

Zahir mengatakan jika tidak diberi nama dan nomor khusus dikhawatirkan setiap negara akan dengan seenaknya menggunakan motif batik Indonesia untuk keuntungan mereka sendiri.

"Seperti yang belum lama terjadi adalah puluhan kontainer yang berstatus sebagai tekstil dari China masuk ke Indonesia kemudian setelah dibuka ternyata isinya adalah tekstil motif batik yang kita sebut printing, ini kan memprihatinkan harapan saya tentu kondisi ini tidak lagi terjadi oleh karena itu Pemerintah harus segera mengambil langkah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement