Rabu 28 May 2014 10:38 WIB

Masya Allah, Pria Gila Ini Dipasung Keluarganya

Rep: Lilis Handayani/ Red: M Akbar
Pasung
Foto: blogspot
Pasung

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sungguh malang nasib Usman (35) warga RT 01 RW 02 Blok Jemika, Desa Balad, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon. Pria penderita gangguan jiwa itu terpaksa dipasung keluarganya karena sering mengamuk dan menyakiti diri sendiri.

Usman dipasung sejak lima tahun terakhir, dengan cara dirantai pada kaki dan tangan kirinya. Rantai itu bahkan dibenamkan ke dalam tanah dengan cara dicor. Usman pun ditempatkan di sebuah kamar tanpa penerangan. Dia bahkan tak mengenakan pakaian, hanya selembar sarung yang menjadi alas duduk dan berbaringnya.

''Saya sebenarnya sungguh tak tega, tapi Usman suka merusak rumah dan menyakiti diri saat kambuh,'' ujar ibu kandung Usman, Biah (70).

Biah mengaku tak memiliki biaya untuk mengobati gangguan jiwa yang dialami Usman. Dia hanya bisa pasrah melihat kondisi anak keempat dari enam orang anaknya itu.

Biah menuturkan, gangguan jiwa yang dialami Usman bermula ketika usaha jual jamu yang dijalani anaknya di Jakarta pada 2006, tidak berkembang. Karena itu, Usman memutuskan pulang kampung.

Ketika itu, Usman sempat membeli sepeda motor jenis bebek. Namun, sepeda motor itu dijual Usman dan uang hasil penjualan pun habis untuk memenuhi kebutuhan hidup.

''Saat itulah, Usman sering melamun dan ngomong sendirian. Dia juga memecahkan kaca rumah milik tetangga sampai saya harus menggantinya,'' kata Biah.

Biah mengaku pernah membawa Usman berobat ke RS Gunung Jati, Kota Cirebon. Saat itu, kondisi Usman kembali pulih dan minta dibelikan sepeda motor agar bisa ngojek.

Biah pun mengabulkan keinginan Usman meski harus menjual sawah miliknya seluas 420 meter persegi, dengan harga Rp 12 juta. Namun, sepeda motor yang dibeli dengan cara kredit itu tak mampu dicicil pelunasannya oleh Usman. Akibatnya, sepeda motor pun ditarik oleh pihak dealer.

''Saat itulah Usman (kembali mengalami gangguan jiwa) sampai sekarang,'' ujar Biah.

Kakak pertama Usman, Bunyamin (43) juga mengaku sedih harus merantai adiknya. Namun, hal itu terpaksa dilakukan demi kebaikan Usman dan orang-orang di sekitarnya.

''Kami tak punya uang mengobati Usman,'' terang Bunyamin.

Pihak keluarga berharap, pemerintah bisa membantu pengobatan Usman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement