REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan bahwa Joko Widodo (Jokowi) sebenarnya enggan menanggapi kampanye hitam ditujukan kepadanya dan cenderung memaafkan pelakunya.
"Coba perhatikan, baru dua atau tiga hari ini Pak Jokowi memberikan tanggapan. Sebelumnya paling cuma bilang 'aku ra popo (aku tidak apa-apa)," kata Khofifah di Jakarta, Senin (26/5).
Menurut Khofifah, Jokowi bersedia menanggapi kampanye hitam yang mendiskreditkan dirinya setelah mendapat saran dan masukan dari berbagai pihak.
Bahkan, kata dia, Jokowi perlu sedikit didesak sebelum akhirnya setuju untuk tidak tinggal diam terhadap berbagai kampanye hitam itu.
"Karena kalau didiamkan, kampanye hitam yang sama sekali tidak benar itu lama-lama akan dianggap benar, bahkan menjadi pembenaran," kata Khofifah.
Pada bagian lain, Khofifah mengajak semua pihak untuk menghindari penggunaan kampanye hitam dalam kontestasi Pemilu Presiden 2014.
"Pemerintahan yang akan datang jangan dibangun dengan caci maki. Kita bangun politik yang santun," katanya.
Menurut dia untuk mempromosikan calon presiden dan wakil presiden bisa dilakukan dengan menonjolkan keunggulan kompetitif dan komparatif calon yang didukung.
"Jadi, tidak perlu menggunakan kampanye hitam, bahkan kampanye negatif sekalipun. Itu akan sangat produktif untuk bangsa ke depan," katanya.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pihak-pihak yang berkontestasi dalam Pemilu Presiden 2014 tidak menyuguhkan adegan politik murahan kepada anak-anak yang merupakan aset bangsa di masa depan.
"Sungguh, jangan pertontonkan kepada anak-anak Indonesia adegan politik murahan, yang sama sekali tidak mencerdaskan. Caci maki di depan kamera televisi, janji yang tak ditepati, tipuan tak berhenti, tirani dan intimidasi yang memburukkan rupa demokrasi," kata Ketua KPAI Asrorun Niam Sholeh di Jakarta, Senin.
KPAI berharap pasangan bakal calon presiden-wakil presiden beserta pendukungnya menunjukkan bahwa pilpres adalah ajang berkompetisi untuk mengabdi kepada negara, bukan ajang meraih kekuasaan dengan segala cara.
"Tunjukkan kepada anak-anak akan keteladanan, sebuah norma dan kesopanan. Jangan wariskan mereka amarah, dendam, dan kebencian," katanya.