REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia menyebutkan pemberangkatan umrah di Indonesia menurun setiap bulannya karena terkendala kuota visa.
"Tahun ini kami dari penyelenggara rata-rata hanya bisa memberangkatkan 15 persen, dari biasanya memberangkatkan 120 ribu hingga 150 ribu orang per bulan, menjadi 12 ribu sampai 15 ribu saja," kata Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Joko Asmoro di Yogyakarat, Jumat.
Menurut Joko, kendala visa muncul sejak awal Mei 2014 karena banyaknya pendaftar yang menunda atau ragu-ragu untuk berangkat umrah. Akibatnya, banyak visa yang tertahan, sehingga memicu sulitnya visa keluar kembali.
Sementara, kata dia, jumlah pendaftar umrah pada 2014 terus meningkat signifikan mendekati satu juta dibanding 2013 sebanyak 511.800 orang.
"Visa itu kan berputar terus, yang sudah keluar harus balik dulu, baru visa bisa keluar lagi. Saat ini visa yang sudah keluar banyak, sementara yang sudah mendaftar ragu-ragu untuk berangkat sehingga banyak visa yang ada di tangan. Hal itu menghambat visa keluar lagi," kata dia.
Oleh sebab itu, ia meminta kepada pendaftar yang membatalkan berangkat umrah agar segera membatalkan visa-nya, sehingga tidak menghambat calon pendaftar umrah lainnya. Menurut dia, penundaan atau keraguan jamaah umrah untuk berangkat antara lain dipicu gencarnya pemberitaan soal sindrom pernapasan Timur Tengah atau MERS-CoV.
"Kami berharap agar media juga tidak terlalu berlebihan memberitakan soal MERS, meskipun penting sebagai informasi, tapi jangan sampai terkesan sangat menakutkan. Pada kenyataannya di Indonesia tidak ada satu pun yang positif MERS-CoV," katanya.