Sabtu 24 May 2014 06:00 WIB

Pendidikan Seks yang tidak Melindungi Anak

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia

Eva kaget ketika menemui rok putihnya penuh darah di hari pertama ia menginjak bangku SMP. Ketika sampai di rumah, gadis remaja itu baru mengetahui bahwa yang dialami adalah rutinitas bulanan setiap perempuan dewasa. Sambil membantu membereskan rok penuh darah, dan menerangkan tentang menstruasi, sang ibu berpesan,

"Pokoknya mulai sekarang kamu jangan sampai disentuh laki-laki, bisa hamil!" Nasihat itu selalu terngiang di hati dan pikiran Eva. Ia tidak mau disentuh, bahkan sekadar bersalaman dengan teman-teman lelaki, karena takut hamil.

Seiring berjalannya waktu, Eva mulai mengerti apa yang dimaksud ibunya. Ia kini sudah menikah, punya anak bahkan cucu, dan melewati usia 70 tahun.

Nini Eva, adalah ibu dari suami yang juga nenek dari anak-anak. Saya melihat kisah yang sering diulangnya sambil tertawa geli, sebagai salah satu bentuk pendidikan seks yang diterapkan masyarakat pinggiran di masa lampau.

Saya jadi teringat ketika kecil selalu disuruh tutup mata oleh orang tua ketika ada adegan (maaf) berciuman di televisi atau bioskop. Atau saat aurat diumbar dalam tayangan. Bagi hal tersebut juga bagian dari pendidikan seks.Sesuatu yang kemudian saya terapkan ke anak-anak.

Di akhir tahun 80-an Indonesia sempat dihebohkan oleh buku berjudul ‘Adik Baru’. Gambar orang terlanjang dalam pengertian yang sebenar-benarnya cukup diumbar di dalamnya. Dialognya pun vulgar. Buku ini kemudian malah dianggap sebagai pornografi daripada buku pendidikan seks anak dan akhirnya dilarang beredar.

Almarhum Kyai Haji Zainudin MZ punya celoteh unik tentang hal ini; "Anak-anak nggak diajarin saja udah pintar, apalagi pakai diajarin!" Sang ustadz seolah ingin menegaskan bahwa seks adalah hal yang natural, jadi tak usah dibesar-besarkan.

Lalu apakah sex education tidak diperlukan? Tentu perlu, hanya saja sebatas apa dan bagaimana caranya, itu yang harus dipertanyakan. Anak anak harus tahu bagaimana menghadapi menstruasi, membersihkan, merawat kesehatan dan kebersihan termasuk organ seks. Sampai di sini saya setuju.

Pertanyaan berikutnya, apakah pendidikan seks harus vulgar? saya tidak setuju sex education dipaparkan secara vulgar. Buktinya Barat yang menerapkannya secara vulgar masih gagal melindungi anak-anak dari kejahatan sensual.

Kasus pedofilia yang terjadi di Jakarta International School dan masih terus menimpa banyak anak di negara maju seharusnya menjadi pembelajaran betapa sex education yang diajarkan di Barat, tidak melindungi anak untuk bebas dari kejahatan seksual.

Buat saya pendidkan seks bagi anak bukanlah pelajaran tentang organ seksual yang kadang justru memancing rasa ingin tahu tentang seks, bahkan memancing libido sebelum waktunya. Sex education adalah pendidikan yang membuat anak mempunyai sistem proteksi diri dari kejahatan seksual.

Anak-anak harus tahu bahwa mereka tidak boleh telanjang di depan umum. Tidak boleh dipegang sembarangan oleh orang dewasa terutama di bagian tubuh tertentu. Anak-anak harus mengerti bahwa hanya orang tua mereka dan mungkin pengasuh atau sedikit orang yang benar-benar dekat yang diperkenankan. Mereka juga harus berani mempertanyakan jika mengalami keraguan atas tindakan orang lain.

Penyebab lambat terungkapnya peristiwa seperti yang terjadi di JIS atau menimpa korban pedofilia memang bukan sekedar karena anak-anak takut, melainkan juga timbul karena ketidakmengertian telah menjadi korban. Sebab pendidikan seks yang diajarkan selama ini tidak berorientasi menekankan pada anak untuk tidak ragu, dan segera melapor kepada orang tua jika mengalami tindakan pedofilia.

Islam telah mengajarkan pendidikan seks sejak dini. Antara lain melalui pemisahan tempat tidur bagi anak laki-laki dan perempuan, juga berpuasa untuk menahan diri. Perintah menjaga pandangan juga bentuk lain pendidikan untuk menjaga diri dari gejolak berlebihan, dll. Di luar itu kedekatan hubungan orang tua dengan anak merupakan benteng lain yang harus benar-benar dibangun untuk melindungi ananda dari berbagai kejahatan seksual yang mengintai mereka dan semakin hari kian mencemaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement