REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 17 provinsi telah mengirimkan sampel dugaan Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan namun semuanya ditemukan negatif.
"Jumlah kasus 79 pasien dan semuanya negatif, tidak ditemukan virus MERS-CoV," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Jumat.
Pemeriksaan itu adalah untuk periode 1-20 Mei 2014 di Laboratorium Balitbangkes terhadap 79 pasien yang berasal dari 17 Provinsi yaitu Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur, DI Yogyakarta dan Banten.
Tjandra merinci pasien suspek MERS-CoV itu memiliki umur mulai dari 2 tahun hingga 86 tahun dengan 11 orang (14 persen) berumur di bawah 45 tahun dan 68 orang (86 persen) berumur di atas 45 tahun.
Dari sampel tersebut, sebanyak 43 orang (54 persen) berjenis kelamin perempuan dan 36 orang (46 persen) merupakan pasien laki-laki.
Sementara itu, Amerika Serikat telah melaporkan kasus ketiga MERS-CoV yang ternyata berhubungan dengan kasus pertama sehingga diduga terjadi penularan antar manusia yang terbatas.
"Kasus ketiga di Atlanta, AS ini gejalanya ringan saja dan semua kontak ke kasus ketiga ini tidak ada yang hasilnya positif," kata Tjandra.
Hingga saat ini, Tjandra mengungkapkan bahwa para ahli kesehatan dunia belum menemukan penyebab mengapa sebagian kasus mudah menularkan ke orang lain dan kasus yang lain tidak terlalu mudah.
Selain itu juga belum diketahui berapa proporsi orang terinfeksi yang tidak memiliki gejala maupun bagaimana antibodi seseorang berperan dalam menanggulangi infeksi terhadap MERS-CoV.