REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kota Palu dan Kota Boras di Swedia bekerja sama membangun pembangkit listrik tenaga biogas di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kelurahan Kawatuna. Pembangkit listrik tersebut diresmikan di Kelurahan Kawatuna oleh Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Wali Kota Palu Rusdy Mastura, Wakil Wali Kota Boras Tom Anderson, perwakilan Dubes Swedia untuk Indonesia Daniel Johansen, dan sejumlah pejabat lainnya pada hari ini (Jumat, 23/5).
Pembangkit listrik yang digerakkan oleh gas metana (CH4) dari timbunan sampah itu diharapkan bisa menghasilkan listrik 800 Kilowatt yang bisa menjangkau sekitar 2.000 rumah tangga. Wakil Walikota Palu Andi Mulhanan Tombolotutu mengatakan setiap rumah tangga nantinya akan mendapat pasokan listrik sebanyak 900 hingga 1.200 watt.
Seluruh listrik yang dihasilkan itu nantinya bisa dinikmati secara murah oleh warga miskin yang berada di sekitar TPA Kawatuna. Saat ini, pemerintah telah dibangun 15 petak rumah percontohan di sebelah TPA Kawatuna yang teraliri listrik dari energi biogas.
Di TPA itu nantinya akan dibangun 15 kubangan penangkap gas metana. Setiap lokasi diharapkan bisa menghasilkan listrik hingga 190 kilowatt.
Sementara itu Wakil Wali Kota Boras Tom Anderson mengatakan sampah bukan lagi menjadi masalah tetapi bisa dimanfaatkan menjadi produk bermanfaat, sepeti energi listrik atau bahan daur ulang lainnya. "Sampah bukan lagi sesuatu yang harus disembunyikan tapi harus dimanfaatkan," katanya.
Kerja sama pengelolaan sampah antara Kota Palu dan Kota Boras itu dimulai pada 2009, ketika itu Wali Kota Palu diundang ke Swedia untuk memaparkan potensi biogas yang dihasilkan dari sampah. Pertemuan itu berlanjut dengan disepakatinya pembuatan pabrik biogas di TPA Kawatuna yang mampu memuat sampah hingga 200 ton per hari.