REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT KALTENG -- Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah berpotensi untuk mengembangkan biogas seiring semakin tingginya minat masyarakat melibatkan diri di bidang peternakan di daerah tersebut.
"Potensinya sangat besar karena kotoran sapi banyak seperti di desa Eka Bahurui. Ini perlu kita dorong untuk memberikan nilai tambah bagi peternak di daerah kita," kata Ketua Komisi II DPRD Kotim, Otjim Supriatna di Sampit, Jumat (23/5).
Sekadar diketahui, masyarakat desa Eka Bahurui dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang terlihat semakin antusias mengembangkan ternak sapi karena peluang bisnisnya sangat besar.
Kebutuhan konsumsi daging sapi di Kotim cukup tinggi yakin mencapai 6.000 ekor setiap tahun, namun kemampuan peternakan lokal hanya separuhnya sehingga sisanya dipasok dari luar daerah seperti Kalimantan Selatan dan kawasan Nusa Tenggara.
Dari sisi lain, semakin tingginya populasi ternak juga membuka peluang upaya pengembangan biogas karena kotoran yang dihasilkan dari peternakan sapi juga meningkat dan bisa dimanfaatkan untuk pembuatan energi yang dibutuhkan masyarakat.
"Potensi ini sangat besar dan teknologi sederhana. Saat ini masyarakat hanya terkendala untuk pengadaan kompornya, karena kompor dari biogas tersebut tidak dipasarkan, jadi pemerintah bisa membantu dalam masalah ini," kata Otjim.
Menurut dia, pengembangan biogas sangat mungkin dilakukan karena teknologinya sangat sederhana namun hasilnya dapat membantu meringankan beban masyarakat.
Setidaknya, dengan mengolah kotoran sapi menjadi gas seperti yang dilakukan di daerah lain, masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya membeli bahan bakar untuk kebutuhan sehari-hari.
Terkait dengan pengembangan ternak, ada kelompok tani di desa Eka Bahurui yang meminta bibit dari pemerintah untuk menghijaukan makanan ternak guna memenuhi kebutuhan ternak mereka.
"Untuk memenuhi harapan tersebut, kami dari Komisi II akan mencoba memperjuangkan di APBD Perubahan ini sehingga keinginan petani terpenuhi," demikian Otjim.