REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rencana Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menutup lokalisasi Dolly mendapat dukungan penuh Gerakan Rakyat Surabaya (GRS) dan Ikatan Keluarga Madura (Ikamra). Ratusan orang melakukan aksi unjuk rasa sebagai bentuk dukungan kepada Risma untuk menutup Dolly di Balai Kota Surabaya, Kamis (22/5) siang.
Koordinator Aksi, Ali Badri dalam orasinya mengatakan, penutupan Dolly merupakan harga mati. Menurutnya, Dolly merupakan sumber penyebaran penyakit HIV/AIDS yang dapat merusak kehidupan, terutama generasi muda.
"Percuma Rumah Sakit (RS) Dr Soetomo membuka tempat rehabilitasi HIV/AIDS kalau tempat penyebarannya ada di Dolly," katanya, Kamis.
Pihaknya menyayangkan, banyaknya ulama yang ada di Surabaya ternyata tidak memiliki nyali untuk menutup Dolly. Padahal seharusnya, Surabaya malu karena punya tempat prostitusi seperti Dolly di Surabaya. Untuk itu, kata Ali, pihaknya 100 persen mendukung penutupan tempat yang dianggap sarangnya dosa itu.
"Ayo bersama-sama membantu program ibu Risma menutup Dollly dan mencegah kemungkaran," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, Dolly tetap harus berhenti beroperasi secara permanen. Pihaknya khawatir, jika tempat tersebut tidak ditutup, maka masyarakat sekitar akan mendapatkan musibah karena membiarkan kemungkaran terjadi.
Pada kesempatan yang sama Risma yang menemui massa menegaskan bahwa ia menerima amanah untuk menutup Dolly pada 19 Juni 2014. Namun demikian, ia ingin penutupan lokalisasi itu dilakukan dengan damai.
"Saya selama ini diam karena tidak ingin ada gesekan atau korban antar warga. Jadi tolong dibantu jaga kondusifitas," ujarnya kepada massa.