REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- PT Pelabuhan Indonesia (Persero) terus berusaha agar Pelabuhan Cirebon dapat beroperasi secara maksimal. Jika hal itu terwujud, maka akan mendukung pertumbuhan sektor industri unggulan, termasuk ekspor furniture rotan.
''Secara geografis, Cirebon terletak di daerah strategis karena terhubung dengan ibu kota provinsi (Bandung) dan dilalui jalur Jawa-Jakarta,'' ujar Manager Operasi yang juga Humas Pelindo II Cirebon, Yossianis Marciano, Selasa (20/5).
Yossianis mengakui, untuk mewujudkan fungsi pelabuhan secara maksimal masih ada sejumlah kendala. Diantaranya, belum sterilnya kondisi Pelabuhan Cirebon.
Saat ini, Pelabuhan Cirebon masih dengan mudah diakses oleh masyarakat, khususnya yang hendak mengorek sisa batubara. Selain itu, Pelabuhan Cirebon juga belum beroperasi secara maksimal (24 jam).
''Langkah awal agar Pelabuhan Cirebon bisa beroperasi maksimal adalah dengan menerapkan ESPS Code,'' ujar Yossianis.
Selain sedang berupaya menerapakan ESPS Code, lanjut Yossianis, Pelindo juga saat ini sedang melakukan pengerukan di kawasan pelabuhan hingga minus 5,5 meter supaya bisa dilabuhi kapal tipe U shape dengan kapasitas 400-500 TEU’s.
''Jika pelabuhan sudah aman, steril, dan nyaman, Pelabuhan Cirebon akan bisa maksimal memasarkan jasa atau membuka pelayanan lain yang selama ini belum ada,'' terang Yossianis.