Selasa 20 May 2014 06:00 WIB

Boko Haram, Kebiadaban, dan Barat (I)

Professor Ahmad Syafii Maarif
Foto: Republika/Daan
Professor Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Syafii Maarif

Resonansi ini akan melihat masalah yang sedang hangat di panggung global ini dalam lingkup yang lebih luas. Bila tuan dan puan mau menatap sejenak sebagian wajah Dunia Islam sekarang ini, pastilah kengiluan dan kegetiran cepat menerpa batin kita. Jika ingin diratapi, air mata akan segera kering, sedangkan realitas hitam tak kunjung berubah. Agama yang mengajarkan perdamaian dan persaudaraan sejagat telah digunakan oleh segelintir pemeluknya sebagai dalih untuk melakukan teror di berbagai bagian bumi.

Gerakan Boko Haram (dibentuk tahun 2002) di Nigeria bagian utara adalah satu realitas hitam yang kini sedang menggoncang dunia karena penculikan atas 276 anak sekolah menengah negeri di kota Chibot pada 14 April yang lalu. Nama asli gerakan ini dalam bahasa Arab adalah: Jamah Ahli al-Sunnah li ‘l-Da’wah wa ‘l-Jihad (Kelompoh Ahli Sunnah untuk Dakwah dan Jihad). Saat artikel ini dirancang, saya tidak tahu bagaimana nasib anak-anak perempuan malang itu di tangan kelompok kriminal di bawah kepemimpinan Abubakar Shekau yang menggantikan Muhammad Yusuf yang mati dalam penjara pada 2009.

Sebagaimana sudah menjadi watak seluruh gerakan teror di dunia, Muslim atau non-Muslim, adalah menabur ketakutan, kebencian, pembunuhan, dan kebiadaban atas nama aliran kepercayaan yang dianutnya. Korbannya sudah ratusan ribu yang bergelimpangan di daerah-daerah operasi kejahatannya. Usahlah bertanya kepada kelompok ini tentang kemanusiaan, kedamaian, dan persaudaraan. Doktrin yang ditanamkan kepada pengikutnya adalah melibas siapa saja yang berbeda dengan mereka, apa pun agamanya, semua darahnya dianggap halal. Wajah sangar mereka adalah pertanda bahwa hatinya memang penuh dendam.

Topeng agama yang sering dipakai semata-mata untuk menyamarkan rencana jahatnya, demi kekuasaan duniawi yang disembunyikan. Dengan kedok agama, tindakan perampokan, penjarahan, pembunuhan, penculikan, dan pemerkosaan seperti mendapat pembenaran teologis. Dunia ini memang sudah terbalik-balik, dan umat Islam sering benar menari menurut tabuhan genderang pihak lain, seperti dulu yang terjadi di Afghanistan,

sekarang juga di Afrika, sebagaimana pada bagian kedua akan kita lacak kembali.

Kita tengok sebentar peta populasi Nigeria, suku-suku, dan afiliasi keagamaan beradasarkan Wikipedia. Sekarang penduduk Nigeria termasuk lima besar di dunia: Cina (1,3 miliar), India (1,I miliar), Amerika Serikat (350 juta), Indonesia (250 juta), dan Nigeria (170 juta). Suku Hausa sekitar 95% Muslim, 5% Kristen, di bagian Barat suku Yoruba 35% Kristen, 55% Muslim, dan 10% lainnya. Suku Igbo di bagian timur dan Suku Ijaw di selatan 98% Katolik, 2% penganut agama tradisi. Ada pula kelompok yang menyebut dirinya Chrislam (campuran Kristen-Islam) yang mendasarkan praktik keagamaannya pada Bibel dan Alquran. Tujuannya agar antara umat Kristen dan umat Islam Nigeria terbebas dari konflik keagamaan. Pada tahun 2020 penduduk Nigeria akan berada pada angka 221 juta.

Presiden yang sekarang Goodluck Ebele Azikiwe Jonathan (sebelumnya wakil presiden) berasal dari suku Ijaw, penganut Kristen, menggantikan Presiden Umaru Yar’Adua (Muslim) yang wafat pada 5 Mei 2010 karena sakit. Jonathan telah diangkat jadi presiden sejak Februari 2010 karena Umaru tidak bisa lagi menjalankan tugas kenegaraannya. Nigeria adalah bekas jajahan Inggris yang memperoleh kemerdekaan bulan Oktober 1960. Sekalipun negeri ini kaya minyak, tingkat ke-13 di dunia, sebagian besar rakyatnya tetap saja miskin. Korupsi adalah penyakit sosial yang parah di negeri itu. Karena miskin, sebagian rakyatnya mudah dihasut oleh kelompok-kelompok radikal dengan jubah agama. Maka Boko Haram adalah di antara yang paling ditakuti karena keganasan dan kenekatan perbuatannya. Ratusan yang sudah dibunuhnya, Muslim dan non-Muslim.

Akar kelahiran Boko Haram diilhami oleh seorang da’i radikal dari Kamerun Alhaji Muhammad Maitatsine yang ingin melaksanakan hukum syari’ah, sebagaimana yang mereka fahami, di seluruh Nigeria, Kamerun utara, dan Niger. Boko Haram menjadi radikal sejak pendirinya Muhammad Yusuf ditangkap dan kemudian meninggal dalam penjara tahun 2009, sebagaimana telah disebut di atas. Selama tujuh tahun sebelumnya, belum tampak tanda-tanda radikalisme dari gerakan ini. Rakyat bahkan menyambut kehadirannya yang semula bergerak di bidang sosial dan pendidikan.

Setelah menjadi ganas, rakyat berbalik melawannya. Kutukan terhadap brutalitas gerakan ini telah datang berbagai penjuru dunia, termasuk dari ulama Saudi dan ulama Indonesia. Pendanaan bagi gerakan ini menurut laporan surat kabar Nigerian Tribune tahun 2012 berasal dari Inggris dan Saudi Arabia, khususnya dari al-Muntada Trust Fund. Saya belum punya data yang cukup tentang yayasan yang dananya berasal dari uang minyak ini. Yayasan inilah yang giat mendanai penyebaran aliran salafi radikal di Nigeria dan di negara-negara lain, setelah para da’inya “dicuci otaknya” lebih dulu di berbagai perguruan tinggi Arab Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement