REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat peningkatan kasus "Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus" (MERS-CoV) di dunia terjadi sejak pertengahan Maret 2014. Meskipun, penyakit tersebut telah ditemukan sejak April 2012.
"Dari 536 kasus dunia sejak April 2012 sampai Mei 2014, sebagian besar (330 orang) terjadi sejak 27 Maret 2014," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengutip keterangan WHO di Jakarta, Jumat.
Dari 330 kasus yang terjadi sejak Maret 2014, sebanyak 290 kasus terjadi di Saudi Arabia baik terjadi pada warga Arab Saudi maupun warga negara lain.
Tjandra mengatakan terdapat dua hipotesis adanya peningkatan kasus penularan dari manusia ke manusia ini. Hipotesis pertama adalah tidak ada perubahan dari pola penularan dan transmisibilitas virus.
Peningkatan semata terjadi karena adanya dua Kejadian Luar Biasa (KLB) infeksi nosokomial di rumah sakit yang melibatkan banyak petugas kesehatan akibat tindakan pengendalian infeksi yang lemah dan dilakukannya skrining dan penelusuran kontak yang intensif.
Sedangkan, hipotesis kedua adalah adanya peningkatan transmisibilitas dari virus dan menyebabkan lebih mudah menular dari manusia ke manusia yang berdasarkan bahwa adanya lonjakan kasus dan kemungkinan bahwa surveilans saat ini tidak dapat menangkap kasus-kasus ringan di masyarakat.
"Sampai dengan saat ini, informasi yang ada belum dapat menghilangkan kemungkinan dari hipotesis kedua ini," kata Tjandra.