REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Abrasi dan rob (gelombang pasang) yang kerap melanda pesisir Kabupaten Cirebon, membuat ribuan hektare lahan tambak garam di daerah tersebut, kini hilang. Dampaknya, produksi garam pun menjadi berkurang.
Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon, M Insyaf, menyebutkan, areal tambak garam di Kabupaten Cirebon semula mencapai 30 ribu hektare. Namun dari jumlah itu, saat ini hanya sekitar 20 ribu hektare yang masih bisa berproduksi secara maksimal.
"Pengurangan lahan itu terjadi akibat gerusan abrasi dan terjangan rob secara bertahap sejak 1985 sampai sekarang," ujar Insyaf, Kamis (15/5).
Namun, lanjut Insyaf, dari 10 ribu hektare tambak garam yang kini hilang itu, sebanyak 4 ribu hektare di antaranya masih bisa dimanfaatkan untuk tambak garam jika kondisinya memungkinkan. Sedangkan 6 ribu hektare lainnya, sudah tidak bisa diolah sama sekali.
"Saat ini, lahan 6 ribu hektare itu hanya dianggurin. Dialihkan pada budidaya lain juga tidak bisa," terang Insyaf.
Menurut Insyaf, berkurangnya lahan tambak garam itu akhirnya berpengaruh pada pencapaian produksi garam rakyat. Dia menyebutkan, pada 2013 lalu, produksi garam di Kabupaten Cirebon hanya sekitar 160 ribu ton. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya, bisa mencapai hingga 200 ribu ton.
Untuk mencegah meluasnya lahan tambak yang hilang, terang Insyaf, instansi terkait sudah berusaha melakukan pengendalian. Hal itu dilakukan dengan cara memasang bronjong di sepanjang pinggir laut di daerah Pengarengan hingga Ender sepanjang delapan kilometer.
Saat ini, tambah Insyaf, masih ada lokasi lain yang belum dipasang bronjong sepanjang kurang lebih sepuluh kilometer. Diharapkan, pemasangan bronjong tersebut segera terealisasi hingga tuntas.
Tak hanya penanganan secara teknis, lanjut Insyaf, para petani garam di Kabupaten Cirebon juga mendapat bantuan Program Peningkatan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Bantuan itu bisa membantu petani meningkatkan produksi garamnya meski lahannya berkurang.
Insyaf mengatakan, pihaknya menargetkan produksi garam pada tahun ini bisa mencapai 200 ribu ton. Dia optimis target itu bisa tercapai. Lebih lanjut Insyaf menambahkan, demi tercapainya target produksi garam, dia berharap agar program PUGAR tidak diberikan kepada kelompok-kelompok yang diusulkan oleh partai politik.
Dia menegaskan, bantuan tersebut semestinya diberikan secara langsung kepada kelompok tani yang sesungguhnya. "Kami sudah memberikan warning kepada KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), baik yang ada di pusat maupun daerah untuk memberikan bantuan PUGAR kepada kelompok tani garam yang sesungguhnya," tegas Insyaf.
Sementara itu, ketika disinggung mengenai pengolahan garam, Insyaf menjelaskan, saat ini para petani garam baru memasuki tahap persiapan. Di antaranya berupa pembersihan maupun mengeluarkan air hujan dari dalam tambak.
Menurut Insyaf, masa tanam garam akan dilakukan pada Juni. Hal itu seirig dengan berlangsungnya musim kemarau. "Satu musim (produksi) garam berlangsung selama tiga smapai empat bulan," kata Insyaf.
Seorang petani garam di Kecamatan Pangenan, Sukandi, berharap musim tanam garam tahun ini bisa maksimal. Selain produksinya yang meningkat, dia berharap harga garam juga tinggi supaya bisa memberikan keuntungan yang besar pada petani garam.