Kamis 15 May 2014 17:05 WIB

Pengamat: Golkar Tak Punya Pengalaman Jadi Oposisi

Rep: c75/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (tengah) menyapa para simpatisan Partai Golkar saat kampanye penutup Partai Golkar di Gedung Jatim Expo, Surabaya, Jawa Timur.
Foto: Antara/Adhitya Hendra
Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (tengah) menyapa para simpatisan Partai Golkar saat kampanye penutup Partai Golkar di Gedung Jatim Expo, Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta-- Pengamat Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago mempertanyakan gerbong koalisi PDIP, Nasdem, PKB dan Golkar (Jika Jadi Bergabung) apakah akan menjadi oposisi. Jika misal, calon presiden (capres) yang diusung koalisi PDIP, Nasdem, PKB dan Golkar nanti kalah dalam pemilihan presiden (pilpres) nanti.

"Pertanyaan retoris saya kemudian adalah mau nggak kira kira gerbong ini kompak untuk oposisi," ujar Pangi Syarwi Chaniago kepada Republika, Kamis (15/5).

Ia mengatakan selama ini Golkar adalah parpol yang belum mempunyai pengalaman di luar pemerintah alias oposisi. Biasanya, karakter asli Golkar yaitu tidak ingin berkeringat dari awal.

Pada pilpres 2009, Golkar mengajukan Jusuf Kalla menjadi capres namun kalah. Lucunya, Golkar berkoalisi usai pilpres dengan Demokrat dengan syarat kadernya menjadi menteri di kabinet.

"Demokrat setuju karena Golkar sangat besar pengaruhnya di parlemen, SBY takut pemerintahannya tersandera di parlemen yang berujung pemerintahan yang tidak stabil," katanya.

Sisi lain, Pangi menambahkan jika Golkar berlabuh ke pelukan PDIP, maka pengaruhnya adalah mesin koalisi yang besar cukup berpengaruh untuk sebuah kemenangan pilpres besok. Meski, pilpres tetap berbicara person atau figur.

"Saya rasa PDIP sangat berharap berkoalisi dengan Golkar. Golkar menjadi gadis cantik yang masih diperebutkan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement