Kamis 15 May 2014 16:31 WIB

Duh, Penyelundup Daging Babi Terus Incar Jakarta

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Bilal Ramadhan
Daging babi (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Daging babi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Para penyelundup daging babi atau celeng hasil buruan asal Sumatera Selatan (Sumsel) dan Bengkulu, terus mengincar pasar di DKI Jakarta. Penyelundup masih menggunakan jalur darat dan pelabuhan untuk mendistribusikan barang haram tersebut.

Petugas Balai Karantina Kelas I Bandar Lampung wilayah kerja Bakauheni terus memperketat pengawasan lalu lintas kendaraan umum dan pribadi, untuk mendeteksi pengiriman daging babi dalam kemasan ke DKI Jakarta. "Daging babi dalam kemasan yang kami tangkap berasal dari Sumsel dan Bengkulu," kata Kepala Balai Karantina Kelas I Bandar Lampung, Bambang Erman, Kamis (15/5).

Ia mengatakan daging-daging babi selundupan berasal dari luar Lampung, dan Lampung sebagai tempat perlintasan yang empuk bagi penyelundup, karena berbatasan dengan Pulau Jawa, dan dekat dengan Jakarta. Untuk itu, petugas Karantina Pelabuhan Bakauheni (Lampung) dan Merak (Banten), selama setahun ini menangkap daging celeng tersebut.

Ia menceritakan penyelundup daging babi hasil buruan ini mengkemas daging dalam kardus. Mereka selalu menggunakan bus umum. Sejak menangkap pembawa barang haram tersebut, petugas karantina belum berhasil melacak siapa pemilik dan pemesan daging tersebut di daerah tujuan, termasuk di Jakarta.

Selama tahun ini, petugas Balai Karantina wilayah kerja Bakauheni, sudah tiga kali menangkap dan mengamankan daging babi selundupan tersebut. Di Pelabuhan Bakauheni, pada Januari, petugas mengamankan 1,2 ton daging babi.

Pada 12 Februari lalu, petugas karantina menemukan paket daging babi ilegal sebanyak 700 kilogram yang dikirim menggunakan bus, tujuan Jakarta. Selanjutnya pada 25 Maret, petugas mengamankan 1,8 ton daging babi dalam paket.

Pengiriman paket daging dalam kemasan tersebut  tidak dilengkapi dokumen yang resmi. Selain itu, pemilik dan penerima kiriman juga tidak jelas keberadaannya. Setelah menyimpan di gudang Bakauheni, petugas terpaksa memusnahkan 3,7 ton daging tersebut pada 3 April lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement