Rabu 14 May 2014 19:44 WIB

Pengamat: Dalam Pemerintahan Tidak Bagus Ada Matahari Kembar

Rep: Dyah Meta Ratna Novia/ Red: Agung Sasongko
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi memberikan keterangan pers usai menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (13/5).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi memberikan keterangan pers usai menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Langkah PDI-Perjuangan menemukan pasangan Joko Widodo untuk maju dalam pemilihan presiden (Pilpres) masih menuai ganjalan.  Jusuf Kalla (JK) sendiri dinilai terlalu tua meski dari sisi kapabilitas sangat mumpuni.

 “Siapapun tahu sosok JK itu seperti apa. Jangankan Jokowi, SBY saja kesulitan mengendalikan JK saat masih jadi wapresnya dulu,” ujar Pengamat Ekonomi Laksita Utama, Rabu (14/5). Dalam pemerintahan, kata Laksita,  sangat tidak bagus jika ada dua matahari. Ada dua komando pasti akan berantarakan.

Calon pendamping Jokowi, ujar Laksita, sebaiknya seorang pengusaha yang pernah menjadi bagian birokrasi pemerintahan serta bisa mengendalikan perekonomian. Salah satunya MS Hidayat, yang sekarang menjabat Menteri Perindustrian.

“Kapabilitas dan pengalaman beliau sudah teruji. Hanya saja, PDI-Perjuangan punya PR untuk menaikkan elekatabilitasnya dengan bantuan Partai Golkar,” kata Laksita.

Meski bukan dari kalangan militer yang identik dengan pengatur strategi, kata Laksita, sosok MS Hidayat bisa diterima pasar. “Dia juga harus bisa menyelesaikan persoalan negara yang seabrek ini dengan cepat dan serta punya kemampuan mendistribusikan tanggung jawab kepada timnya yang ada di pemerintahan,”katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement