REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah menyatakan hingga kini belum ada laporan adanya warga Palu yang diduga terserang virus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) di daerah itu.
"Sejauh ini kami belum temukan. Tetapi perlu terus diwaspadai karena tidak menutup kemungkinan virus tersebut masuk ke Palu," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, drg Emma Sukmawati di Palu, Selasa.
Ia mengatakan meski hingga kini belum ada laporan adanya warga yang diduga terjangkit virus dimaksud, tetapi pemerintah dan masyarakat hendaknya tetap waspada.
Apalagi, setiap tahunnya ratusan warga Palu yang melaksanakan perjalanan umrah dan ibadah haji ke tanah suci.
Virus MERS yang berasal dari Timur Tengah itu, kata Emma sejauh ini belum ada obat atau vaksin yang tepat untuk mengobati pasien.
Guna mengantisipasi virus MERS, Pemkot Palu telah menginstruksikan semua rumah sakit dan puskesmas di Ibu Kota Provinsi Sulteng untuk mengawasi dan memantau kemungkinan adanya warga yang datang berobat dan memiliki gejala-gejala terserang virus MERS.
Apalagi, jika warga bersangkutan baru saja selesai mengadakan perjalanan dari Timur Tengah atau umroh dan ibadah haji.
"Mereka yang baru dari Timur Tengah, itu sangat rentang terserang virus Mers sehingga perlu secepatnya di antisipasi jika ada yang sakit dan datang berobat di rumah sakit atau puskesmas," katanya.
Dia menjelaskan gejala seseorang yang diduga terinfeksi virus MERS yaitu demam, gangguan pernapasan bagian bawah berupa batuk dan sesak napas.
MERS atau sindrom pernapasan Timur Tengah adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus korona MERS atau disebut dengan istilah Mers-CoV).
Emma juga mengatakan ada beberapa antisipasi untuk mencegah serangan virus bagi warga sebelum melaksanakan perjalanan umrah dan ibadah haji ke tanah suci.
Para calon jemaah haji biasanya menjalani dua kali vaksinasi yaitu vaksinasi influenza dan Meningitis.
Vaksinasi itu untuk memberikan kekebalan tubuh dan daya tahan terhadap berbagai penyakit.