REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pengamat politik dari Universitas Indonesia Said Salahudin menilai konsep "revolusi mental" yang dicetuskan oleh Joko Widodo kering ide dan tidak ada pemikiran yang luar biasa dari seorang calon pemimpin bangsa.
"Konsep revolusi mental Jokowi itu kering ide. Cuma keren di judulnya saja. Tidak ada pemikiran yang 'maknyos' dari seorang calon pemimpin bangsa," ujar Said Salahudin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (12/5).
Menurut dia, konsep "revolusi mental" itu kan cuma berisikan tentang unek-unek Jokowi dan tim pendukungnya saja.
"Itu sesuatu yang sudah biasa kita dengar. Mahasiswa semester I pun fasih kalau sekadar mereview masalah, mengutarakan kegalauan, dan mengutip pemikiran orang lain," ujar dia.
Gagasan besar Jokowi, lanjutnya, dari tema revolusi mental itu justru tidak keluar. Kalau yang dimaksud adalah soal perlunya paradigma, budaya politik, dan komitmen pemimpin itu kan sudah lama dibicarakan orang. "Sudah sering kita dengar terkait perlunya paradigma, budaya politik, dan komitmen pemimpin," kata dia.
Kemudian terkait cara melakukannya dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan terus ke lingkungan negara, itu pun sudah "khattam" dipelajari dari Aa' Gym sejak lama. Sebelumnya, capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo mengatakan dalam pembuatan tulisan yang berjudul "Revolusi Mental" dirinya hanya membuat struktur dan poin-poinnya saja secara garis besar.
"Saya kan membuat strukturnya, poin-poinnya, kemudian kita rembug dalam tim, baru kita buat," ujar Joko Widodo kepada wartawan di Bandara Sultan Hasanudin, Makassar, Minggu (11/5).