Senin 12 May 2014 10:54 WIB

Mahalnya Menerobos Jalan Lintas Timur

Jalan Lintas Sumatera/Jalinsum (ilustrasi).
Foto: Republika/Maspril Aries
Jalan Lintas Sumatera/Jalinsum (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mursalin Yasland / Wartawan Republika

 

Kerusakan jalan dan jembatan menjadi ajang oknum masyarakat setempat untuk menarik uang paksa alias pungutan liar (pungli), agar kendaraan terutama truk barang melaju lancar dan aman. Para supir terpaksa mengeluarkan kocek hingga puluhan ribu rupiah untuk “lolos dengan selamat” melewati jalan rusak pad malam hari.

Beberapa supir truk barang lintas Sumatra dan Jawa mengeluhkan maraknya pungli di jalan lintas timur (jalintim) ruas Lampung – Sumatera Selatan (Sumsel), Senin (12/5). Selain harus menyiapkan uang ekstra untuk makan dan perjalanan, juga menderita kerugian waktu. Soalnya, waktu tempuh perjalanan mengantar barang menjadi lama dari biasanya. 

Setelah marak pungli atas kerusakan Jembatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, beberapa bulan lalu, para supir harus menambah lagi pungli di Jembatan Cakat Raya, Kampung Cakat, Kecamatan Menggala Timur, Kabupaten Tulangbawang, Lampung.  

Aksi pungli oleh preman jalan dan jembatan rusak ini dilakukan pada malam hari, saat truk-truk barang banyak melintas dari Pelabuhan Bakauheni menuju Palembang dan kota-kota besar di Sumatera atau sebaliknya. 

Kendaraan truk mengantre panjang menunggu giliran melintas di jembatan tersebut, karena jalan dan jembatan yang rusak masih dalam perbaikan. Menurut Rudi, supir truk muatan Sangkar Burung asal Lampung tujuan Palembang, kerusakan jalan dan jembatan di Cakat membuat antrean panjang menuju dari Bandar Lampung menuju Palembang. 

“Macet panjang inilah yang jadi kesempatan pungli masyarakat setempat,” kata bapak tiga anak ini. Agar bisa “lolos” dari jalan rusak, ia terpaksa membayar Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu sekali jalan. Saat melintas, kata dia, mendapat prioritas dari kendaraan lain. 

Lain lagi Darsono, supir truk angkutan furnitur asal Jawa Tengah.  Muatan truk yang berbadan besar dan tinggi ini, terpaksa membayar tip kepada preman setempat mencapai Rp Rp 80 ribu bahkan Rp 100 ribu, bila antrean panjang lebih dari lima kilometer. “Kadang biar cepat jalan, saya beri Rp 100 ribu,” tuturnya. 

Aksi pungli ini di jalintim Lampung – Sumsel ini sudah menjadi rahasia umum bagi supir truk. Sedangkan supir pribadi tidak menjadi target preman setempat, yang akibatnya kendaraan pribadi harus rela menunggu giliran melintas setelah truk-truk tersebut lewat, karena sistem buka tutup di jalintim yang rusak.   

Kepala Kepolisian Resort (kapolres) Tulangbawang, AKBP Agoes Soejadi, menyatakan sudah menempatkan aparatnya di jalan dan jembatan Cakat, agar lalu lintas lancar dan aman. Personil yang “ngepos” di jalur marak pungli tersebut, yakni dari Satlantas dan Sabhara. “Sudah kami siagakan aparat di sana,” katanya. 

Penempatan personil polres ini, kata dia, untuk mengantisipasi kejahatan kepada supir dan masyarakat yang melintas saat jalan dan jembatan rusak, terutama di malam hari. Ia berharap dukungan dari masyarakat untuk melaporkan ke polisi jika terjadi pemalakan di tempat tersebut, dan petugas segera menangkapnya. 

Untuk memperlancar arus lalu lintas di Cakat tersebut, Polres Tulangbawang mengimbau supir kendaraan untuk menggunakan jalan lintas Barat. Pasalnya, jalan dan jembatan yang rusak di Jalintim masih dalam proses pengecoran dan membutuhkan waktu lama untuk pengeringan agar bisa dilalui kendaraan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement