Jumat 09 May 2014 20:06 WIB

Marak Praktik Calo, PT KAI Terus Antisipasi

Rep: C71 / Red: Julkifli Marbun
PT KAI
PT KAI

REPUBLIKA.CO.ID, GAMBIR -- Kepala Humas Daop 1 PT KAI, Agus Komarudin, mengatakan kepada Republika pihaknya telah mengantisipasi maraknya calo tiket khususnya pada saat arus mudik balik lebaran. Pernyataan tersebut menanggapi adanya laporan tentang praktek calo di stasiun-stasiun.

"Paling rawan calo itu tiket kereta PSO," ujar Agus pada Jumat (9/5). Kereta PSO (Public Service Obligation) atau kereta ekonomi bersubsidi kerap menjadi target calo karena harganya paling murah dari semua kelas.

Menurut Agus, modus yang digunakan para calo adalah membeli tiket sesuai dengan nama mereka terlebih dahulu. Setelah mendapatkan pembeli, mereka  akan membatalkan tiket, kemudian memberikan kursi yang kosong kepada pembeli.

Untuk mencegah hal ini, pihak PT. KAI menerapkan peraturan baru. Tiket kereta yang sudah dibeli tidak akan dijual kembali. Hal ini berlaku hanya untuk kereta kelas ekonomi. Untuk kelas bisnis dan eksekutif berlaku peraturan normal. "Jadi kursi yang batal itu kita biarkan kosong," kata Agus.

Selain itu, pencegahan lain dilakukan dengan memperkuat sistem yang sudah ada. Seperti sistem boarding guna memeriksa identitas penumpang di peron keberangkatan. Kemudian ada juga pemeriksaan tiket oleh petugas di atas kereta.

Agus mengatakan pengamanan berlapis itu merupakan upaya PT. KAI untuk menertibkan penumpang dan juga mencegah praktek calo.

Agus juga berpesan kepada seluruh masyarakat bahwa tidak perlu membeli tiket di stasiun. Hal ini karena tiket kereta dapat dibeli secara online atau lewat agen dan mini market yang bekerja sama dengan PT. KAI.

Ditemui di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Harits (34 tahun), warga Depok, mengaku sudah kehabisan tiket untuk mudik tahun ini. Ia mengatakan tahun ini adalah pertama kalinya ia tidak mendapatkan tiket untuk kembali ke kampung halamannya di Purwokerto, Jawa Tengah.

Harits mengatakan tiket yang ia buru adalah tiket kelas bisnis. "Biasanya saya cari bisnis dulu, kalau habis baru eksekutif. Sekarang ternyata habis semua, ya saya naik mobil pribadi saja," ujar Harits.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement