Jumat 09 May 2014 19:41 WIB

Angka Bebas Jentik di Sleman di Bawah Standar

Rep: Nuraini/ Red: Julkifli Marbun
Jentik Nyamuk Ilustrasi
Jentik Nyamuk Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Kesehatan Sleman menggelar pemantauan jentik nyamuk di wilayah setempat untuk mengurangi Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah setempat. Hasilnya, Angka Bebas Jentik (ABJ) masih 71 persen, di bawah standar 95 persen.

Pemantauan Juru Pemantau Jentik  (Jumantik) dilakukan dalam dua Kelompok Kerja Operasional ( Pokjanal DBD). Kelompok I memeriksa jentik di Dusun Bulu Plembangan Desa Jogotirto Kec. Berbah,  bersama Tim Pokjanal DBD yang Terdiri dari Dinas Kesehatan, SKPD Terkait,  Polri dan TNI serta dari Kecamatan dan Desa. Mereka memantau jentik nyamuk di rumah-rumah penduduk dengan melihat langsung bak mandi, penampungan air,  serta tempat pemeliharaan burung,  pot bunga dan lingkungan rumah.

Di Jogotirto, tim memeriksa 61 rumah. Mereka menemukan jentik nyamuk di 11 rumah diantaranya  ada di kaleng, pot bekas yang ada di kebun. Jentik nyamuk juga ditemukan dalam dispenser. Dengan temuan tersebut, ABJ di Jogotirto di angka 81,96 persen, masih di bawah standar normal 95 persen.

Pemantauan juga dilakukan di Desa Sambilegi Kidul RW. 56, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok. Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Mafilindati Nuraini mengungkapkan wilayah tersebut dipilih sebagai lokasi pemantauan karena dinilai rawan dalam penyebaran kasus DBD. Tim menemukan jentik di 20 rumah dari 69 rumah yang diperiksa. "Angka ABJ masih di bawah persentase normal yakni 71 persen," ujarnya, Jumat.

Hingga April 2014, kasus DBD di Sleman sudah tercatat mencapai 236  kasus. Untuk menekan angka tersebut, warga diminta tetap waspada dan saling mengingatkan kepada para tetangga serta memantau langsung ke rumah-rumah. Dia menilai penggunaan fogging atau pengasapan tidak bisa diandalkan karena berdampak tidak baik bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Bahkan, pengasapan justru meningkatkan kekebalan nyamuk terhadap insektisida.

Wilayah yang banyak ditemukan kasus DBD seperti Dusun Sambilegi mempunyai karakteristik wilayah perkotaan dengan kepadatan bangunan yang relatif tinggi. Banyaknya pemondokan atau kos di sekitar wilayah tersebut membuat warga setempat dinilai perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan DBD melalui nyamuk.

Sementara itu, Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sleman, Novita Krisna mengungkapkan penurunan kasus DBD membutuhkan peran serta masyarakat. Pemberantasan sarang nyamuk dinilai sebagai cara paling efektif menekan DBD. "Masyarakat selama ini hanya bersandar pada fogging, padahal itu tidak efektif memberantas nyamuk," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement