Jumat 09 May 2014 17:27 WIB

Stok Bulog Banyumas Aman Hingga September

Rep: Eko Widiyanto/Budi Raharjo/ Red: Julkifli Marbun
Beras (illustrasi)
Foto: Republika/ Adhi Wicaksono
Beras (illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Penyaluran raskin di wilayah eks Karesidenan Banyumas, dipastikan aman hingga Bulan September 2013. Humas Bulog Sub Divre IV Banyumas, Priyono, menyatakan saat ini stok beras yang tersimpan di gudang-gudang Bulog Banyumas tercatat ada sekitar 35 ribu ton. "Beras sebanyak ini cukup untuk memenuhi kebutuhan penyaluran raskin hingga September 2014," jelasnya, Jumat (9/5).

Bahkan dia menyebutkan, seluruh beras tersebut merupakan beras-beras baru yang diperoleh dari hasil penyerapan sejak awal tahun hingga Mei 2014 ini. Dengan demikian, semua beras yang disalurkan melalui program raskin, dipastikan berupakan beras baru, bukan beras stok lama. "Semua beras yang merupakan hasil penyerapan tahun lalu, seluruhnya sudah habis," jelasnya.

Priyono menyebutkan, stok beras yang kini tersimpan di gudang Bulog Banyumas tersebut, sebagian merupakan hasil penyerapan beras petani dan sebagian lainnya merupakan beras yang didatangkan dari Bulog Divre lain di Jateng.

"Kalau beras yang merupakan hasil penyerapan kita sendiri, sejak awal tahun hingga Mei ini, totalnya mencapai 28 ribu ton. Yang lain, merupakan beras yang dipergeseran dari Bulog Divre Pati dan Semarang," jelasnya. Dia menyebutkan, pergeseran stok beras ini biasa dilakukan antar Bulog Divre untuk menjaga keseimbangan ketersediaan beras di berbagai wilayah.  

Menurutnya, tingkat penyerapan beras petani oleh Bulog Banyumas dipastikan akan terus bertambah karena hingga saat ini proses penyerapan beras petani masih berlangsung lancar. Setiap hari, ada sekitar 500-600 ton beras petani yang disetorkan melalui rekanan ke gudang-gudang Bulog.

Dia memperkirakan, penyerapan ini masih akan berlangsung lancar hingga Juni 2014. Baru pada Bulan Juli, penyerapan akan berkurang karena musim panen di wilayah eks Karesidenan Banyumas, sudah selesai seluruhnya.

''Namun pada Bulon Agustus, penyerapan kemungkinan akan berlangsung lancar lagi, karena sawah-sawah sudah akan memasuki masa panen lagi. Soalnya, banyak petani yang langsung menanam padi lagi setelah sawahnya dipanen,'' jelasnya.

Dia mengakui, penyerapan pada musim panen kali ini memang tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya karena kualitas padi hasil panen musim sadon tahun ini, tidak terlalu baik. Merebaknya serangan hama wereng, menyebabkan padi-padi petani yang dipanen tidak terlalu berbobot. "Biasanya, kalau hasil panennya bagus, maka 100 kg gabah kering bisa menghasilkan 60-65 kg beras. Namun saat ini, paling hanya bisa menghasilkan 50 kg beras," jelasnya.

Meski demikian dia menyebutkan, untuk harga gabah di pasaran, saat ini relatif stabil. Karso (45), seorang pedagang beras di Patikraja Kabupaten Banyumas, menyebutkan harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani saat ini memang relatif stabil.

Seperti harga gabah jenis padi Logawa, di tingkat petani dihargai sekitar Rp 400.000 per kwintal. Sedangkan untuk gabah untuk jenis padi IR 36 atau IR 64, bisa mencapai Rp 450 ribu hingga Rp 470 ribu per kg. "Sejak musim panen awal April lalu, harga gabah stabil di kisaran itu," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement