REPUBLIKA.CO.ID,MALANG--Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, merintis sekolah terbuka jenjang sekolah lanjutan tingkat atas guna meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) siswa sekolah menengah atas/kejuruan (SMA/SMK), dengan didukung fasilitas perangkat tablet.
"Program SMA terbuka dan SMAN 1 Kepanjen yang dipilih pemerintah pusat sebagai rintisan ini sangat bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat secara luas, khususnya dalam dunia pendidikan. Apalagi APK SMA di daerah kita masih tergolong rendah," kata Bupati Malang Rendra Kresna di Kepanjen, Jumat.
Menurut dia, rendahnya APK pada jenjang SMA/SMK tersebut bukan karena minimnya minat siswa lulusan SMP untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tapi semata-mata karena memang tidak bisa melanjutkan akibat kondisi perekonomian.
Ia mengakui banyak kendala siswa lulusan SMP yang akan melanjutkan ke jenjang SMA, di antaranya faktor keluarga, akses dan jarak antara sekolah dengan tempat tinggal.
Oleh karena itu, dengan adanya SMA terbuka diharapkan mampu meningkatkan APK, bahkan siswa yang menekuni bidang tertentu, seperti seni dan olahraga bisa memanfaatkan SMA terbuka tersebut.
Sementara Kepala SMA Negeri 1 Kepanjen Maskuri mengatakan kuota SMA terbuka sebanyak 200 orang siswa, namun tidak menutup kemungkinan, kuota tersebut akan bertambah sesuai minat siswa yang mendaftar.
"Pagu yang ditetapkan dari pusat memang 200 siswa, tapi kami diberi kebebasan menambah, jika ada siswa yang ingin melanjutkan di sekolah terbuka ini hingga 1.000 orang. Syaratnya, semua biaya siswa yang di luar dari pagu tersebut, 100 persen ditanggung sendiri," tegas Maskuri.
Maskuri menjelaskan 200 siswa yang masuk dalam pagu akan mendapatkan fasilitas berupa dana BOS, satu perangkat tablet, uang saku, bea siswa dan layanan lainnya. Sementara untuk siswa yang tidak masuk dalam pagu ini, biaya untuk melanjutkan di sekolah terbuka adalah mandiri (ditanggung sendiri).
Untuk penyelenggaraan SMA terbuka tersebut SMAN 1 Kepanjen mendapatkan kucuran dana sebesar Rp600 juta dari pusat, dengan rincian Rp400 juta untuk operasional dan Rp200 juta lainnya dialokasikan untuk infrastruktur, seperti membangun Tempat Kegiatan Belajar (TKB). Untuk sekolah rintisan tersebut ada lima TKB yang nantinya akan digunakan.
Model pembelajaran siswa SMA terbuka tersebut berbeda dengan model pembelajaran siswa SMA reguler karena siswa melakukan kegiatan belajar sendiri, dengan tablet sebagai perangkatnya. Namun demikian, belajar sendiri bukan berarti tanpa pengawasan, sebab semua kegiatan siswa SMA terbuka akan terpantau dalam rekaman server, bahkan kecanggihan tablet ini pun mampu mendeteksi tablet tersebut digunakan oleh siapa.
Oleh karena itu, tegasnya, jangan macam-macam saat menggunakan tablet. Jika ada orang lain yang tidak berkompeten menggunakan tablet pasti akan terekam, sanksinya pun sangat jelas, yaitu dikeluarkan.
Selain siswa, lanjutnya, para pengajar di SMA terbuka ini juga wajib memiliki bekal ilmu informasi dan teknologi yang mahir, sehingga selain memiliki kepandaian dalam meyampaikan materi pembelajaran, mereka juga wajib mengerti IT.
"Untuk menjamin siswa benar-benar belajar via online, pihak sekolah akan dibantu oleh Pustekom dan Simolek Kemendikbud. Selain itu juga ada guru tutor yang sudah mendapat pelatihan khusus dari Kemendikbud," ujarnya.
Saat ini SMA terbuka tersebut memiliki 51 pengajar. Mereka dipilih dari seluruh sekolah di Kabupaten Malang dan tidak menutup kemungkinan merekrut tenaga swasta. "Meski pembelajaran sebagian besar dilakukan via online, tidak menutup kemungkinan mereka untuk bertemu dan berkumpul," tegasnya.
Menyinggung proses evaluasi, akan dilakukan ulangan harian, ujian semester hingga ujian nasional seperti siswa reguler.
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar pemerintah akan memberikan bantuan kepada para siswa berupa laptop. SMA Terbuka jarak jauh membuka kesempatan bagi siswa-siswi berusia 16-21 tahun untuk bersekolah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa.
Akses mudah, ijazah sama dengan SMA Reguler, waktu belajar yang fleksibel dan mandiri, mutu terjamin. Sasaran siswa SMA terbuka tingkat SMA sebanyak 5.247.971 lulusan SLTP sederajat yang tidak tertampung di SMA reguler karena terkendala geografis, demografis, sosial ekonomi dan keterbatasan waktu.
Pencapaian target kurikulum untuk setiap mata pelajaran akan dikembangkan melalui modul pembelajaran mandiri, dan sistem pembelajaran untuk menyampaikan modul pembelajaran dulakukan melalui pendidikan jarak jauh berbasis web.