REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pihak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, tetap mewaspadai bahaya Koronavirus (MERS-Cov). Kendati hingga Kamis (8/5) siang, belum ada suspect baru yang dirujuk atau diobati di RS terbesar di Indonesia timur itu.
"Kami terus melakukan pengawasan, kendati belum ada lagi pasien yang terindikasi sebagai suspect MERS datang berobat," kata Kepala Bidang Penunjang Medis RSUP Sanglah dr Ken Wirasandhi.
Kepada Republika di Denpasar, Kamis (8/5) Ken mengatakan, sesuai hasil uji lab Litbangkes, suspect MERS, AS (50) yang meninggal di RSUP Sanglah, Rabu (7/5) menjelang dini hari, ternyata negatif terserang MERS. Saat dirujuk ke RSUP Denpasar, AS menderita sesak nafas, suhu badan tinggi dan batuk-batuk, yang ternyata dia menderita penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
Ken menjelaskan, MERS dapat menyebabkan kematian, sehingga perlu terus diwaspadai. Pihak RS kata dia, juga mendapatkan informasi mengenai hal itu berupa surat edaran dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, agar mewaspadai bahaya koronavirus.
Menurut Ken, penyakit akibat koronavirus, tidak bisa dideteksi pemeriksaan klinis. Namun baru dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium lengkap.
"Karena itulah katanya, pihaknya baru berani mengumumkan penyakit yang diderita suspect MERS setelah ada hasil pemeriksaan resmi," katanya.
Mengenai pasien SA dikabarkan sudah dibawa ke kampung halamannya di Surabaya, untuk dimakamkan di sana. Namun pihak RSUP Denpasar yang merawat SA, maupun RS Surya Husada Nusa Dua, yang merujuk SA ke RSUP Denpasar, enggan memberikan alamat rumah duka penderita. "Itu sudah urusan keluarga, kalau di RS baru urusan saya," kat Ken.
Sementara pihak RS Surya Husada ketika dihubungi, menolak memberikan informasi apa pun tentang pasien AS. Petugas Customer Service RS Surya Husada, Maya, membenarkan pihaknya yang merujuk SA ke RSUP Denpasar, namun menolak memberikan info tentang SA.
"Kami sudah menandatangani perjanjian awal ketika pertama kali pasien kami rawat, bahwa pihak RS tidak akan memberi info tentang pasien kepada siapapun juga," kata Maya.
Sementara itu sejumlah pengelola biro perjalanan umrah dan haji di Bali, enggan memberikan penjelasan mengenai kasus dugaan MERS yang dialami AS. Ketika dihubungi melalui pesawat handphone-nya, pemilik sebuah usaha perjalanan umrah dan haji di Denpasar, Nyonya Dd, menolak pertanyaan, bahkan dia buru-buru memastikan pesawat handphone-nya.
Ketua Majelis Fatwa MUI Provinsi Bali, Fauzi Hamid Basultanah mengatakan, serangan koronavirus di Tanah Suci, jangan sampai menyurutkan niat dan semangat umat Islam untuk berkunjung ke Tanah Suci. Yang seharusnya dilakukan kata Fauzi, bagaimana menjaga diri agar terhindar dari sebaran virus, seperti senantiasa mengenakan masker ketika berumrah atau berhaji. "Beristirahat secukupnya dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan menyegarkan," kata Fauzi.