Kamis 08 May 2014 15:57 WIB

Pemberitaan Merapi Rugikan Pelaku Wisata

Rep: Heri Purwata/ Red: Julkifli Marbun
Asap sulfatara keluar dari Gunung Merapi saat difoto dari Sabana 1 Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (27/4).
Foto: Antara/Teresia May
Asap sulfatara keluar dari Gunung Merapi saat difoto dari Sabana 1 Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta, Bonny Tello mengatakan pemberitaan kondisi Gunung Merapi yang berlebihan di media massa dapat merugikan usaha pariwisata di Yogyakarta. Karena itu, ia mengharapkan agar wartawan lebih bijaksana dalam pemberitaan sehingga calon wisatawan tidak membatalkan kunjungannya ke Yogyakarta.

Bonny Tello mengemukakan hal itu kepada wartawan menjelang digelar Jogja Travel Mart (JTM) di Royal Ambarukmo Yogyakarta, Jumat (2/5) lalu.

"Akibat pemberitaan Gunung Merapi di media massa, saya kehilangan tamu. Mereka membatalkan berkunjung ke kampong Labasan, Pakem," kata Bonny yang memiliki restoran dan cottage di Kampung Labasan, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

Karena itu, Bonny mengharapkan agar pemberitaan tentang Merapi harus mempertimbangkan pariwisata di Yogyakarta.  

Saat ini, di Yogyakarta memiliki 70 hotel berbintang dan 13.000 hotel tak berbintang dengan jumlah kamar seluruhnya sekitar 20 ribu kamar. Sedang jumlah karyawan hotel sebanyak 27 ribu orang.

Sementara Public Relations Manager Royal Ambarrukmo Yogyakarta (RAY), Wiwied A Widyastuti juga meminta kepada wartawan bisa lebih arif untuk memberitakan Merapi. "Jangan terlalu di-blow up. Memang itu sebuah fakta peristiwa alam," kata Wiwied kepada Republika di Yogyakarta, Kamis (8/5).

Wiwied sangat mengharapkan agar wartawan bisa mengemas berita Gunung Merapi menjadi berita menarik. Sehingga peristiwa Gunung Merapi justru menjadi daya tarik wisatawan untuk dating ke Yogyakarta. "Kita sudah kena imbas dari Kelud, kini Gunung Slamet juga bergejolak. Kalau pemberitaan terus menerus yang negatif, kita bisa kehilangan banyak tamu dan imbasnya terhadap karyawan hotel," tandas Wiwied.

Untuk mempromosikan tujuan wisata di Yogyakarta, Dinas Pariwisata DIY dan DPD Asita dan BPD PHRI DIY kembali akan menggelar Jogja Travel Mart (JTM) di Royal Ambarukmo Yogyakarta ini berlangsung Sabtu-Rabu (11-14/5). JTM kali ini mengusung tema 'Save Our Heritage' dan ditargetkan dihadiri 150 buyers (pembeli).

Mereka berasal dari Thailand, Singapura, Filipina, Myanmar, Vietnam, Kuala Lumpur dan Indonesia.

Sedang seller (penjual) yang tampil dalam JTM terdiri agen perjalanan, hotel, restoran yang ada di Yogyakarta dan sekitar.  Total seller ada 54 terdiri 31 hotel industri, 20 biro perjalanan, tiga asosiasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement