Rabu 07 May 2014 14:23 WIB

Bahasa Dayak Halong Perlu Diselamatkan

Dayak tribes perform some cultural attractions in a carnival in Jakarta. Borneo Institute plans to open photo and painting exhibition on Dayak history in Palangkaraya, Central Kalimantan on August 29, 2013. (file photo)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Dayak tribes perform some cultural attractions in a carnival in Jakarta. Borneo Institute plans to open photo and painting exhibition on Dayak history in Palangkaraya, Central Kalimantan on August 29, 2013. (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Bahasa Dayak Dusun Halong terancam hilang dari peredaran, salah satunya karena penutur bahasa tradisonal tersebut kian berkurang. Karena itu, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan berupaya melakukan sejumlah usaha penyelamatan. Salah satunya dengan melakukan perekaman bahasa.

Ketua Tim Leksikograf Balai Bahasa Kalsel Yuliati Puspitasari di Banjarbaru, Rabu, mengatakan perekaman untuk menyelamatkan Bahasa Dayak Dusun Halong tengah dilakukan, yakni sejak 28 April hingga 3 Mei 2014. "Tim melakukan penelitian dengan mendatangi Desa Kapul Kecamatan Halong untuk merekam Bahasa Dayak dari 'tetuha' dan tokoh masyarakat yang masih menggunakan bahasa itu dalam keseharian," ujarnya.

Ia mengatakan, Desa Kapul di Kecamatan Halong merupakan Kampung Budaya Dayak yang masih menggunakan Bahasa Dayak sebagai bahasa sehari-hari sekaligus menjadi kampung wisata budaya setempat.

Disebutkan, tim Leksikograf Balai Bahasa Provinsi Kalsel yang melakukan perekaman data bahasa diketuai Yuliati Puspitasari didampingi empat anggota yakni Musdalipah, Yuti Mahrita, Laila dan Anasabiqatul Husna. "Ada enam nara sumber yakni 'tetuha' dan tokoh masyarakat setempat yang ditanyai anggota tim untuk merekam Bahasa Dayak yang mereka ketahui," ujar Musdalifah.

Menurut dia, kegiatan ini merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya dengan mengumpulkan kosakata bahasa melalui wawancara kemudian didokumentasikan dalam Kamus Bahasa Indonesia-Dayak Dusun Halong.

Tujuannya, mendokumentasikan bahasa daerah dalam bentuk kamus dwibahasa dan diharapkan dapat bermanfaat bagi generasi penerus maupun pemerhati dan peneliti bahasa daerah tersebut.

"Pengumpulan kosakata dilakukan sebanyak-banyaknya sehingga bisa didokumentasikan dan dimasukkan dalam kamus yang diharapkan bermanfaat bagi masyarakat, juga pemerhati dan peneliti," ujar Yuliati.

Ditambahkan, kegiatan ini dilandasi minimnya dokumentasi bahasa daerah terutama dalam bentuk tulisan. Di sisi lain sebagian masyarakat penuturnya mulai meninggalkan warisan leluhur tersebut.

"Dikhawatirkan jika tidak sejak sekarang diselamatkan dalam bentuk pendokumentasian, bahasa itu hanya akan menjadi sejarah tanpa bukti sehingga hilang dan tidak bisa dilestarikan lagi," katanya.

Selama kurun waktu sepuluh tahun Tim Leksikograf Balai Bahasa Kalsel menerbitkan tiga kamus dwibahasa yakni Bahasa Banjar Hulu-Indonesia, Bahasa Indonesia-Banjar Dialek Kuala, dan Bahasa Indonesia - Dayak Deah.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement