Rabu 07 May 2014 13:42 WIB

Pemerintahan Ideal Menurut SBY: Inklusif Bukan ‘Dagang Sapi’

Rep: Esthi Maharani/ Red: Julkifli Marbun
Wakil Menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid 2
Foto: Antara
Wakil Menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku prihatin jika benar ada praktik politik daging sapi dalam pemilu. Menurutnya, Indonesia yang majemuk dan menganut sistem demokrasi multipartai bukan berarti harus diwarnai dengan hitung-hitungan jabatan.

Hal ini diungkapkannya dalam kanal yang diunggah ke Youtube dengan judul Sikap SBY atas Janji-Janji Kampanye Para Capres.

“Jangan sampai seperti dagang sapi, betul-betul hitung-hitungan posisi, menteri. Itu tidak bagus. Rakyat memberikan mandat bukan untuk begitu. Kalau bicara mahar politik, saya prihatin. Saya anti politik membeli dan anti politik berbiaya tinggi,” katanya.

Menurutnya, demokrasi di Indonesia jangan dikotori dengan urusan pragmatis seperti adanya mahar agar mendapatkan dukungan dan memenangkan pemilu mendatang.

Ia menilai hal tersebut adalah racun dan bisa mematikan demokrasi di masa depan. Ia mengatakan dalam dua kali pemilu yang diikutinya, tak pernah menjalankan politik seperti itu.

Menurutnya, hal tersebut melukai rakyat. Ia menegaskan Indonesia yang majemuk dan menganut sistem demokrasi multipartai harus dijalankan bersama-sama. Presiden mengatakan yang terpenting adalah niat baik dan ketulusan untuk bersama-sama mengelola pemerintahan.

Dengan demikian, harapannya, koalisi yang terbentuk juga kokoh. “Negara kita, negara yang majemuk, demokrasinya multipartai. Menurut saya, pemerintahan yang tepat adalah pemerintahan yang inklusif dan power sharing dalam arti sama-sama menjalankan pemerintahan, bagi tugas dan tanggung jawab itu bisa jadi baik. Saya lebih setuju kalau pemerintahan itu inklusif dan tidak menutup kebersamaan dengan yang lain,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement