Selasa 06 May 2014 23:30 WIB

Slank Ajak Musisi Kampanye Cegah Ketulian

Rep: Indah Wulandari/ Red: Bilal Ramadhan
Grup musik Slank berfoto bersama saat saat launching album terbaru yang bertajuk
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Grup musik Slank berfoto bersama saat saat launching album terbaru yang bertajuk "Slank Nggak Ada matinya" di Teater salihara, Jakarta, Kamis (31/10). Album baru Slank ini berisi 11 lagu baru diantaranya "Yo Man", Jgn Ke Jkt", He Yo Les Go", "Verboden", se

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Siapa yang tak kenal maestro gitar Eric Clapton dan penembang You'll Be in My Heart, Phil Collins. Keduanya harus rela pensiun karena masalah pendengaran akibat bising musik yang memiliki intensitas tinggi dan berkelanjutan.

Risiko ketulian tinggi pada para musisi tadi membuat Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komnas PGPKT) menunjuk band Slank sebagai duta International Noise Awareness Day (INAD).

"Musisi harus tahu betul soal pendengaran mereka sendiri. Berapa persen suara yang masuk ketelinga mereka. Kalau bisa dibawah 85 desibel agar tidak mengganggu telinga," ujar spesialis THT RSCM Jakarta dr Brasto Bramantyo Sp.THT.

Suara bising di atas 85 desibel yang kerap ditemui di panggung konser serta studio menjadi ancaman bagi para musisi. Bukan hanya itu saja, imbuh Brasto, suara tersebut berbahaya bagi pendengaran dan bisa mengakibatkan tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, gangguan tidur serta keluhan lain yang berhubungan dengan stress.

"Mereka harus tahu juga alat apa yang sesuai dengan kebutuhan musisi itu sendiri. Seperti soundnya, mereka harus tahu kapasitasnya volumenya berapa persen agar tidak terlalu bising," ujar Brasto.

Sebagai bentuk kepeduliannya, Bimbim Slank bertekad mulai membuka mata untuk menjaga pentingnya kesehatan telinga. Apalagi selama ini sang drummer ini tak pernah menghiraukan telinganya dan sering berlebihan dalam mendengarkan musik.

"Sedikit nggak peduli sih sebelumnya. Karena lebih peduli musiknya, daripada telinga sendiri. Gue juga termasuk yang sering minta naikin volume lebih keras, biar suaranya enak didengar," jelasnya.

Ia pun ingin berbagi dengan sesama musisi dan mengampanyekan pentingnya pendengaran bagi seorang musisi, dengan mengurangi volume yang berlebih saat bermusik. Padahal yang paling ditakutkan musisi adalah kehilangan pendengaran sebagai modal bermusik.

Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB) sudah diketahui sejak 150 tahun lalu, tetapi Gangguan Pendengaran Akibat Musik baru diketahui sejak 1960. Kegiatan bersama Slank Komnas PGPKT ditandai dengan kampanye 'Cegah Ketulian pada Musisi' dengan digelarnya sosialisasi sekaligus pembuatan earplugs bagi orang-orang yang beraktifitas di dunia musik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement