Selasa 06 May 2014 19:45 WIB

Ujian Peserta Paket B Tenang dan Lancar

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Julkifli Marbun
Ujian paket C (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ujian paket C (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR --  Perempuan asal Desa Seraya Timur, Kecamatan Seraya, Kabupaten Karangasem, itu mengaku dirinya sangat rapi sejak Senin (5/5). Maklum sehari-hari dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga di kawasan Renon Denpasar dan dua hari terakhir dia mengikuti ujian nasional Paket B.

Peraturan yang ditetapkan panitia ujian, pesertanya harus mengenakan atasan putih dan bawahan bewarna hitam. Tentunya peserta juga mengenakan sepatu atau alas kaki yang menutup rapi.

Bagi Nyoman Sulastri (20) keikutsertaannya dalam ujian Paket B sudah dibayangkannya sejak tiga tahun lalu. Setelah dia mendaftar menjadi peserta pelatihan Paket B pada 2011, yang dibayangkannya adalah saat-saat UN. Bukan soal pakaian rapinya itu yang terutama, tapi bagaimana dia mengikuti ujian dan belajar sebagai persiapan, bisa lulus UN dan dia akan melanjutkan pendidikan setingkat SMA dengan mengikuti program Paket C.

Sebagai anak orang desa, dengan kemampuan ekonomi orang tuanya yang serba kekurangan, bagi Sulastri bukan masuk SMP yang dibayangkannya begitu tamat SD.

 Bersama salah seorang kakak laki-lakinya, Made Sudarma (23), dia merantau ke Denpasar dan kedua awalnya bekerja serabutan. Sulastri beruntung, karena kemudian dia mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Tahun lalu Sulastri menikah dan kini hamil empat bulan.

"Saya berharap saat melahirkan saya sudah punya ijazah paket B dan melanjutkan Program Paket C. Saya ingin memberi contoh pada anak saya, agar dia sekolah setinggi-tingginya," kata Sulastri.

Mengenai soal-soal ujian, Sudarma mengatakan memang ada yang sulit, namun dia berusaha menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya. Begitu waktu yang diberikan dinyatakan berakhir sebut Sudarma, dia juga telah menjawab semua pertanyaan.

UN Paket B di Kota Denpasar, diikuti sebanyak 155 peserta, dengan berbagai latar belakang peserta. Peserta tertua berusia 48 tahun, atas nama I Made Sudira (48), sedangkan peserta termuda adalah Natasya Ayu Nur (14). Kegiatan ujian dilangsungkan di SDN 26 Desa Dangin Puri, Denpasar. Ujian kemarin berjalan tenang dan lancar.

Staf Bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar, Mariani menyebutkan, di Denpasar setiap tahun ada dua kali ujian bagi peserta program Paket B dan setiap ujian peserta tidak kurang dari 100 orang. Materi pelajaran yang diujikan yakni Bahasa Indonesia, Matematika, IPS, Bahasa Inggris, IPA dan PKN.

Mereka yang mengikuti PLS Paket B memiliki motivasi yang bermacam-macam. Nanda (16) asal Gianyar yang tinggal di Sesetan, Denpasar mengatakan, kalau dia selama ini tidak serius dalam pendidikannya. Untungnya, ibunya Komang Ayu terus mendorong Nanda untuk bersekolah. Kalau mau masuk ke sekolah formal, diakuinya banyak hambatan, terutama dari segi umurnya yang akan lebih tua dari siswa lain. Dia berhenti bersekolah tiga tahun lalu menjelang pelaksanaan UN 2011.

Komang Ayu mengatakan, kalau dia terus mendorong anaknya itu, bahkan ikut mengantarnya ke tempat ujian Program Paket B. Ayu mengakui kalau anaknya selama ini salah pergaulan, sehingga tidak memedulikan pendidikannya. Tetapi dia mengantarkan Nanda ujian bukan karena khawatir anaknya mangkir, tapi karena Nanda sedang sakit.

"Kalau dulu saya memang khawatir, tapi sekarang saya melihat Nanda sudah banyak berubah lebih baik," katanya.

Ayu mengatakan, tidak ingin anaknya menghabiskan waktu mudanya dengan hal-hal yang tidak berguna. Karena itu kata Ayu, selai masih ada kesempatan untuk belajar, dia akan mengusahakan yang terbaik bagi anaknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement