Sabtu 03 May 2014 00:31 WIB

Sri Edi Swasono Luncurkan Buku ke-41

Rep: heri purwata/ Red: Taufik Rachman
Sri Edi Swasono
Sri Edi Swasono

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa, Sri-Edi Swasono, Kamis (1/5), meluncurkan buku 'Kedaulatan, Kebangsaan, Kerakyatan: Mengisi Kemerdekaan' di Kampus Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta.

Peluncuran dihadiri Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo, Wakil Gubernur DIY Sri Pakualam IX, Rektor UST H Pardimin dan tamu undangan.

Dijelaskan Sri-Edi, buku ini merupakan pemikirannya yang ditulis di sejumlah media massa kemudian dikumpulkan menjadi buku. "Ini merupakan buku saya ke 41. Insya Allah sebentar lagi akan terbit buku ke 42," kata Sri-Edi pada peluncuran buku tersebut.

Lebih lanjut Sri-Edi mengatakan buku ini sangat tepat diluncurkan saat pergantian pemerintahan. Ia berharap agar calon pemimpin membaca buku ini agar bisa membuat kebijakan yang bisa mensejahterakan rakyat.

Saat ini, kata Sri-Edi, bangsa indonesia sedang menghadapi krisis kedaulatan, krisis kebangsaan, dan krisis kerakyatan. "Sebab utamanya, bangsa Indonesia gagal melepaskan diri dari pakem-pakem budaya lama. Dalam arti gagal melakukan unlearning, gagal memahami bahwa secara kultural kemerdekaan adalah pernyataan kebhineka tunggal ikaan," kata Edi.

Secara ideologis, kata Edi, pernyataan kemerdekaan merupakan suatu pernyataan kemandirian. Mandiri terlepas dari ketergantungan dan ketertundukan kolonial.

Pernyataan kemerdekaan juga berarti pernyataan berkedaulatan dalam kehidupan berpolitik, budaya, ekonomi, dan pertahanan negara. Semangat berkedaulatan ini tidak pernah usang, atau luntur oleh apapun, termasuk globalisasi.

Dengan pernyataan kemerdekaan, bangsa Indonesia mengakhiri budaya sebagai kaum Inlander. Tidak ada lagi kaum Eropa dan kaum Vreemde Oosterlingen seperti berlaku di zaman kolonial. Semua warga negara menjadi bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan.

"Pernyataan kemerdekaan sejatinya suatu pernyataan budaya untuk menjadi Tuan di Negeri sendiri. Serta mengakhiri cap sebagai bangsa terlemah di bumi, sebagai kulinya bangsa lain," kata Edi sambil menambahkan Indonesia belum berhasil menjadi tuan di negeri sendiri.

Karena itu, Sri-Edi mengharapkan agar ke depan Indonesia bisa menjadi negara yang didekte negara lain. Indonesia harus menjadi negara pemberani, digdaya dan sakti mandraguna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement