REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Peringatan Hari Buruh Internasional atau "May Day", Kamis (1/5), di daerah Pantura Kabupaten Cirebon dan Indramayu tampak para buruh tani tetap bekerja.
Kastiana salah seorang buruh tani di Cirebon, kepada wartawan, Kamis, mengatakan Hari Buruh Internasional para buruh tani tetap mengolah sawah, meski dengan upah tidak layak.
Ia menuturkan, jika ikut libur seperti buruh tani, mengurangi penghasilan karena buruh tani tersebut dibayar harian lepas, mereka terpaksa harus bekerja memanfaatkan musim panen dan jelang tanam kembali.
Dikatakannya Kas, buruh tani di Kabupaten Cirebon kurang memahami dan mengerti May Day libur nasional, yang penting bagi mereka ada lahan bisa digarap karena jika kemarau beralih menjadi penarik beca, kuli bangunan.
Sementara itu Rokayah buruh tani lain mengaku, buruh tani tetap bekerja karena mereka diupah harian lepas, selain itu upah cukup buat makan, jika libur penghasilan berkurang.
May Day bagi para petani di Pantura Kabupaten Cirebon, kata dia, tidak ada manfaatnya karena harus tetap bekerja, buruh tani hanya minta tingkatkan pengembangan usaha pertanian lokal, sehingga bisa terus berkarya.
Tuty, pemilik lahan bawang merah di Cirebon mengaku, May Day bagi petani harus tetap berproduksi, mereka tidak libur karena khawatir tanamannya rusak diserang hama pengganggu.
H Rus pemilik perkebunan tebu di Cirebon mengaku, upah yang dibayarkan bagi buruh tani untuk perempuan sekitar Rp30 ribu dan pekerja pria Rp45 ribu setiap hari, mereka memahami karena jika terlalu tinggi biaya tanam semakin membengkak.
Menurut Rus, buruh tani perkebunan tebu hanya bekerja saat musim tanam dan jelang panen, biasanya mereka menjadi buruh kasar sementara seperti penarik beca dan kuli angkut dipasar tradisional. Selama ini belum pernah ada gejolak meminta upah naik, May Day tetap mengolah lahan karena memanfaatkan kesempatan kerja.