REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea mengatakan banyak perusahaan yang ketakutan dengan pihak-pihak yang melancarkan pungutan liar.
"Padahal pungutan liar itu memiliki efek dalam mempengaruhi tinggi rendahnya upah buruh. Sayangnya, para pemilik perusahaan enggan menyebutkan pihak-pihak yang suka melakukan pungutan liar. Mereka seperti ketakutan," kata Andi di Jakarta, Rabu.
Andi sendiri sejatinya siap melakukan perlawanan kepada para pelaku pungli andai para pengusaha mau membeberkan pihak yang terlibat.
"Ada perusahaan yang tidak berani bilang pungli di mana, di pos berapa, pelabuhan apa," katanya.
Dia mencontohkan beberapa pungli yang terjadi dalam jalur distribusi barang pabrik.
"Bayangkan saja distribusi barang yang dibawa truk dari pabrik menuju pelabuhan itu bisa sangat banyak pungutan liarnya, seperti di jembatan timbang. Berapa kali saja pengemudi truk membayar pungli misalkan dari Jawa Tengah menuju Jakarta. Belum lagi di sejumlah jalan rusak, belokan atau titik-titik tertentu ada berapa kali pungli," kata dia.
Dengan begitu, kata Andi, ongkos distribusi barang akan masuk ke biaya produksi yang nantinya mempengaruhi upah buruh.
"Di satu sisi terkadang pengusaha itu tidak terbuka dalam aliran keuangan perusahaan apakah untung atau rugi. Akibatnya pengupahan juga tidak transparan.
Selain itu, pungli yang banyak bisa memberi pengaruh rendahnya upah buruh," katanya.
Baru-baru ini, kasus pungli santer diberitakan sejumlah media terlebih setelah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memergoki sejumlah oknum pungli untuk kendaraan pengangkut muatan berat di jembatan penimbangan kendaraan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Ganjar diberitakan marah-marah dengan petugas jembatan timbang yang kepergok sedang melakukan transaksi terkait pungli.