REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Ketika sektor pertanian diintegrasikan dengan ekonomi global, maka petani tradisional harus menyesuaikan diri. Jika tetap menggunakan cara-cara tradisional, khawatir petani lokal tidak bisa berkompetisi dengan baik.
Kepala Penelitian dan Publikasi Bina Desa, Sabiq Cereberth mengatakan bahwa sektor pertanian domestik tidak bisa lagi menghindari dampak pasar global. Untuk itu penguatan ekonomi harus dikuatkan, mulai dari lingkup terkecil, yaitu pedesaan. "Pondasinya itu di desa. Tapi jumlah masyarakat miskin juga di desa yang rata-rata bekerja di sektor pertanian," katanya dalam diskusi "Mengahadapi MEA 2015: Strategi Mewujudkan Kedaulatan Pangan," Rabu (30/4).
Selama ini strategi menghadapi persiangan global hanya seputar masalah distribusi dan peningkatan produksi, bukan rumah tangga petani. Padahal petani sebagai produsen utama seharusnya dibekali edukasi dan bimbingan lebih kuat untuk menghadapi persaingan global.
"Intinya negara maju ingin dapat barang murah. Padahal dominasi negara maju tidak pernah membereskan ketimpangan," kata dia.
Untuk itu pemerintah Indonesia diharapkan melakukan perlindungan pada petani kecil. Negara harus punya prioritas perlindungan. Pertama, harus dipastikan kebutuhan pangan masyarakat miskin terpenuhi. Bisa dalam bentuk bantuan beras miskin (raskin) maupun subsidi pupuk. Kedua, tata guna lahan produksi pangan harus diatur dengan baik.