Rabu 30 Apr 2014 15:50 WIB

Diserbu Telur Impor, Pedagang Telur Merugi

Telur
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Telur

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK --  Pedagang dan peternak ayam petelur di Kota Pontianak terancam merugi akibat "serbuan" telur ayam ras impor dari Sarawak, Malaysia.

Salah seorang pedagang telur ayam ras di kawasan Pasar Parit Besar Kota Pontianak, Basiran, Rabu (30/4), mengatakan dalam beberapa minggu terakhir dia dan rekan-rekannya merugi karena telur yang mereka jual kalah bersaing dengan telur impor dari Malaysia.

"Kami membeli telur ayam ras lokal asal Kota Singkawang Rp 1.100 per butir, sementara telur impor asal Malaysia Rp 800 per butir, sehingga harga jual kami jauh di atas harga telur impor tersebut," ungkapnya.

Akibat serbuan telur ayam ras dari Malaysia, harga telur ayam ras lokal menjadi anjlok, karena pembeli lebih memilih harga telur yang murah, katanya.

"Saya biasanya dalam sehari mampu menjual sekitar satu ton telur ayam ras, kini tinggal 300 kilogram saja dalam sehari, akibatnya stok telur menjadi menumpuk dan membusuk," ungkapnya.

Anjloknya harga telur ayam ras lokal tidak hanya mengakibatkan pedagang yang rugi, tetapi peternak ayam petelur yang paling terpukul, kata Basiran.

Menurut dia, ada oknum tertentu yang sengaja menjual langsung telur ayam ras impor asal Malaysia ke beberapa daerah di Kalbar sehingga membuat pelanggan mereka tidak lagi membeli telur lokal.

"Kami berharap pemerintah mengambil langkah tegas dalam hal ini, agar masuknya telur impor tidak sampai membuat pedagang dan peternak merugi, bahkan terancam bangkrut," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar Abdul Manaf Mustafa mencatat ribuan peternak ayam menutup usahanya sejak empat bulan terakhir akibat terjadi kelebihan produksi sementara daya serap terbatas.

Berdasarkan data Asosiasi Agribisnis Perunggasan, pada awal Desember 2013 terdapat 3.983 peternak di Kalbar. Namun pada April, jumlahnya merosot drastis menjadi 1.503 peternak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement